REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM yang juga mantan kepala Badan Kebijakan Fiskal, Anggito Abimanyu mengatakan, Rp 1.000 per liter merupakan harga yang wajar dan aman bagi perekonomian Indonesia jika pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Harga tersebut, kata Anggito, tidak akan berdampak besar pada stabilitas ekonomi masyarakat. "Rp 1.000 per liter itu sudah termasuk angka yang wajar. Jika lebih dari itu, maka akan bisa memicu inflasi yang cukup tinggi," kata di Yogyakarta, Sabtu (25/2).
Namun, kata dia, kenaikan harga BBM itu sendiri harus dilakukan pada bulan Mei 2012 ini. Pasalnya pada bulan tersebut Indonesia mengalami deflasi sehingga tepat untuk menaikkan harga BBM. Namun jika kenaikan dilakukan setelah bulan Mei maka kebijakan tersebut akan memperparah inflasi yang ada di masyarakat.
Berdasarkan hitungannya, dengan kenaikan BBM Rp 1.000 per liter, khususnya premium, maka inflasi diperkirakan mencapai 0,4 hingga 0,6 persen. "Itu jika kenaikan dilakukan pada Mei," tegasnya.
Namun jika kebijakan kenaikan harga BBM dilakukan pada bulan Juni atau Juli maka inflasi di Indonesia diprediksikan akan mencapai lebih dari satu persen. "Itu jika yang naik hanya premium. Saya belum memprediksi kenaikan inflasi apabila yang dinaikkan adalah solar," tandasnya.
Diakuinya, kenaikan harga BBM merupakan hal yang harus dilakukan. Pasalnya, jika tidak dilakukan Indonesia akan mengalami masa krisi seperti tahun 2008 lalu. "Ini memang harus dilakukan karena pengaruh eksternal yang cukup kuat," tegasnya.