REPUBLIKA.CO.ID, BABA AMAR - Militer Suriah kian mengintensifkan serangan bombardir ke lingkungan Baba Amar, Homs, benteng pertahanan kelompok oposisi. Bagi rakyat yang terperangkap dalam area tersebut, kini terus menghadapi bahaya konstan, mortar roket berikut bisa jadi menghantam perlindungan mereka, atau peluru penembak jitu kemungkinan membunuh mereka.
Risiko juga mengancam para aktivis oposisi dari menit ke menit, dalam pusat komunikasi mereka. Sejumlah media asing yang berhasil menembus, salah satunya CNN, menyaksikan bagaimana media yang dijalankan oleh pemberontak menjadikan berita dan gambar bisa keluar dari negara itu.
Berikut adalah cuplikan seperti dilansir CNN bagaimana upaya warga Suriah yang mencoba menyebarkan pesan menerobos dari negera yang disegel dari dunia luar oleh pemerintah.
Senjata dalam ruangan itu berbeda. Mereka berbentuk spanduk-spanduk protes, video dan demonstrasi anti-pemerintah. Juga ada beberapa gambar yang disiarkan dan di-streaming langsung secara online ke dunia luar.
Para pemuda adalah sosok di kalangan aktivis yang tetap membuat pergolakan Suriah hidup. Mereka menggunakan teknologi di tengah upaya pemerintah mematahkankan protes hingga membuat ribuan orang tewas
Rezim Suriah mengklaim mereka menghadapi berondongan serangan dari tentara teroris bersenjata. Karena itu mereka membalas. Namun para revolusioner ini bersikeras mereka tak membutuhkan senjata.
"Saya tak butuh Kalashnikov. Saya hanya perlu ini (memegang kamera) dan laptop dan media," ujar Shaheb Sumac.
Mereka mempersenjatai diri dengan piranti teknologi dan keberanian yang mereka punya. Tak ketinggalan, mereka menunjukkan sejumlah klip video yang mereka rekam secara sembunyi-sembunyi.
Semua mereka distribusikan ke seluruh Suriah dan penjuru dunia. Klip video amatir itu mengubah kehidupan di Suriah mengingat ia menjadi sumber informasi penting untuk institusi media, termasuk media luar negeri yang dilarang masuk dan bebas menjalankan tugasnya di negara itu.