REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO — Mesir akan memilih presiden setelah jatuhnya rezim Hosni Mubarak pada 23-24 Mei. Ketua Komisi Pemilihan Tinggi Presiden (HPEC), Farouk Sultan, yang mengumumkannya pada Rabu (29/2) juga mengatakan presiden baru terpilih akan diumumkan pada 21 Juni 2012.
Sultan mengatakan, para calon presiden akan mendaftarkan dirinya pada 10 Maret hingga 8 April. “Pada 26 April, akan diumumkan siapa saja calon presiden yang lolos dan kemudian akan mengikuti kampanye pada 30 April,”katanya. Kampanye tersebut, ungkap Sultan, akan berlangsung selama tiga minggu.
"Pemilihan putaran kedua mungkin dijadwalkan pada 16-17 Juni," kata sultan kepada para wartawan. Sultan menambahkan bahwa tidak akan ada pengawasan internasional terkait atas pemilihan presiden.
Sementara itu, untuk warga Mesir yang berada di luar negeri, akan memberikan suara pada putaran pertama yakni 11-17 Mei dan putaran kedua pada 3-9 Juni, dan jika diperlukan, akan ada putaran selanjutnya yaitu 16-17 Juni.
HPEC mengatakan, setiap partai politik dengan setidaknya satu kursi terpilihh di parlemen dapat menjaring satu anggotanya untuk setiap jabatan. Warga negara Mesir dapat mencalonkan diri menjadi presiden jika mendapat dukungan tidak kurang dari 30 anggota parlemen atau sekitar 30 ribu warga negara.
Calon presiden potensial beberapa di antaranya ialah mantan Ketua Liga Arab Amr Moussa, mantan Ikhwanul Muslimin Abdel Moneim Aboul Fotouh dan mantan Perdana Menteri Ahmed Shafik. Sementara itu, pemenang parlemen Mesir, Ikhwanul Muslimin (MB), mengatakan tidak akan mencalonkan seorang calon tetapi akan mendukung salah satu.
Adapun Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata telah berjanji untuk menyerahkan kekuasaan kepada presiden terpilih sebelum 30 Juni.