Rabu 07 Mar 2012 06:15 WIB

Bio Farma Sinergikan Penelitian dan Pengembangan Vaksin

bio farma
Foto: bio farma
bio farma

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Langkah maju dilakukan oleh Biofarma. Perusahaan yang berbasis di Bandung ini memulai rencana kerja tahun 2012 dengan bersinergi bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) serta Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Sinergi kerjasama ini diresmikan melalui penandatanganan nota kerjasama sinergi penelitian dan pengembangan vaksin pada Rabu, 25 Januari 2012 di Ruang dr J Leimena Lt 2, Gedung C, Kementerian Kesehatan, Jakarta.

Selain penandatanganan nota kerjasama dalam acara tersebut juga akan diserahkan prototype vaksin AI dari Universitas Indonesia kepada Menristek, kemudian dari Menristek kepada Menkes yang selanjutnya akan diserahkan kepada Bio Farma.

Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Iskandar mengatakan penyerahan prototipe vaksin AI ini merupakan bentuk dukungan awal dari pemerintah kepada Bio Farma. Apalagi pemerintah ingin segera mewujudkan percepatan riset vaksin melalui penelitian dan pengembangan dalam rangka mendukung Dekade Vaksin 2020. Langkah awal ini sekaligus mewujudkan kontribusi negara terkait kasus flu burung yang kembali mewabah di Indonesia.

Selain penyerahan prototype vaksin AI, diselenggarakan pula penandatanganan nota kerjasama dalam rangka mengurangi ketergantungan Indonesia kepada luar negeri terkait bahan baku untuk memproduksi vaksin. Dalam penandatanganan ini melibatkan 16 pihak sinergi Academic, Business, dan Government (ABG), yaitu pihak akademik diwakili oleh UI, ITB, Unpad, UGM, Universitas Sebelas Maret, Universitas Al Azhar Indonesia, Unhas dan Unair; pihak Business diwakili oleh Bio Farma dan Indofarma; sedangkan pihak pemerintah diwakili oleh Kemenkes, Kemenristek, BPPT, Balitbangkes, LIPI, Lembaga Eijkman, dan KIN. ''Saya sangat berharap dengan penandatanganan nota kerjasama ini, mampu mempercepat proses penelitian dan pengembangan vaksin. Untuk memproduksi satu jenis vaksin saja memakan waktu kurang lebih 15 tahun mulai dari proses awal sampai dengan proses akhir,'' ungkap Iskandar.

Bio Farma sangat berharap melalui sinergi ABG ini menghasilkan short cut untuk mempercepat riset vaksin. Langkah awal short cut kembali dijajaki pada tahun ini melalui sinergi ABG yang dilakukan oleh Bio Farma dengan menyelenggarakan kembali Forum Riset Vaksin Nasional (FVRN).

FVRN merupakan program lanjutan dari Simposium Kemandirian Riset Vaksin Nasional pada tahun lalu yang menghasilkan delapan konsorsium untuk penelitian dan pengembangan riset vaksin masa depan. Vaksin itu adalah vaksin dengue, vaksin malaria, vaksin rotavirus, vaksin influenza, vaksin New TB, delivery system, dan kebijakan. FVRN ini rencananya akan diselenggarakan pada Agustus 2012 sekaligus bertepatan dengan HUT Bio Farma ke-122 tahun.

Kemajuan penelitian dan pengembangan dari hasil FVRN pertama yang mengalami kemajuan sangat signifikan terjadi pada konsorsium vaksin new TB dan vaksin dengue. Vaksin New TB telah dikembangkan sejak 2009 dengan menggunakan platform teknologi terbaru. Konsorsium ini terdiri dari beberapa orang yang berasal dari berbagai universitas dan lembaga penelitian baik dalam maupun luar negeri.

Salah satu langkah yang telah Bio Farma lakukan selama 122 tahun ini adalah dengan mengirimkan kebutuhan vaksin ke 117 negara khususnya negara-negara berkembang dan memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri. Kebijakan riset dan pengembangan yang dilakukan Bio Farma dicapai melalui inovasi produk baru dan diversifikasi produk yang disesuaikan dengan kebutuhan pemenuhan program pemerintah, plus mempertimbangkan kebutuhan WHO dan UNICEF. Dalam rangka mewujudkan world class company, Bio Farma telah menjalin beberapa kerjasama di bidang penelitian, pengembangan, transfer teknologi vaksin dengan perguruan tinggi nasional, lembaga litbangkes, pemerintah serta beberapa lembaga peneliti asing, seperti JPRI, Virginia Tech, Lipotek, MCRI, Bionet, Biken, dan IWATE.

Rencana Kerja 2012

Pada tahun 2012 ini, Bio Farma ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan 13th Annual General Meeting DCVMN (Developing Countries Vaccine Manufacturers Network) pada 31 Oktober – 2 November 2012 di, Denpasar - Indonesia. DCVMN adalah aliansi kesehatan strategis yang berbasis excellence dari beberapa produsen vaksin di negara-negara berkembang yang mengembangkan vaksin berkualitas dengan harga terjangkau. Anggota DCVMN ini terdiri atas 26 produsen vaksin dari 14 negara. Bio Farma merupakan salah satu pelopor pendirian DCVMN pada tahun 1999 dan presiden pertama DCVMN adalah salah satu Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), saat itu alm. Thamrin Poeloengan. Saat ini, Bio Farma pun termasuk dalam steering committee DCVMN yang diwakili oleh Direktur Produksi PT Bio Farma (Persero), Mahendra Soehardono. Penyelenggaraan pertemuaan ini dalam rangka menghadapi tantangan pandemic penyakit baru yang muncul dan mengantisipasi penyakit lama yang masih memerlukan teknologi inovatif dan efektif untuk pencegahan. (adv)

sumber : biofarma
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement