REPUBLIKA.CO.ID, Penyanyi legendaris, Chrisye, akhirnya menghembuskan napas terakhir pada Jumat (30/3), pukul 04.08 WIB dalam usia 58 tahun, lima tahun lalu (2007). Musik Indonesia pun berkabung, karena telah kehilangan salah satu insan terbaik yang telah berkiprah di dunia musik hampir empat dasawarsa.
Chrisye yang dilahirkan dengan nama Christian Rahadi - lalu berubah menjadi Krismansyah Rahadi, ketika memeluk agama Islam, pada 16 Desember 1949, merupakan sosok pemusik komplit. Ia terampil memainkan instrumen musik terutama bas, menulis lagu, dan menyanyi. Meskipun demikian, sosok Chrisye justeru lebih dikenal sebagai penyanyi yang tetap bertahan dalam berkarier.
Bayangkan, sejak merambah dunia rekaman pada tahun 1975, ketika terlibat penggarapan album eksperimen Bali Rock bertajuk Guruh Gipsy, Chrisye tetap konsisten di jalur musik rekaman. Ia telah merilis lebih dari 30
judul album, yang sebahagian besar dirilis oleh Musica Studio.
Chrisye mulai dikenal khalayak luas ketika diminta menyanyikan lagu Lilin Lilin Kecil karya James F Sundah yang merupakan bagian dari 10 Finalis Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors di tahun 1977. Popularitasnya
pun kian mencuat tatkala ia menyanyikan lagu-lagu karya Eros Djarot dan Debby Nasution dalam album yang kemudian ditahbiskan sebagai mahakarya musik pop fenomenal Badai Pasti Berlalu.
Antara tahun 1977-1978, hampir semua radio swasta di penjuru Tanah Air memutar Lilin Lilin Kecil dan hits dari Badai Pasti Berlalu seperti Pelangi, Angin Malam, dan Serasa. Kehadiran Chrisye saat itu memang bagaikan oase yang menyegarkan manakala industri musik pop telah mencapai kulminasi dengan rimbunnya
lagu-lagu bertema sama dan menjamurnya epigon yang mengikuti gaya bermusik Koes Plus hingga Rinto Harahap.
Paling tidak, kehadiran Chrisye dan kawan-kawan (Eros Djarot, Yockie Soerjoprajogo, Debby Nasution, Keenan Nasution, Fariz RM) menyuguhkan alternativ berupa keragaman dalam genre musik pop.
Seusai fenomena Badai Pasti Berlalu, Chrisye mulai menetaskan album solo perdananya Sabda Alam yang melibatkan sederet pemusik yang pernah mendukung formasi Guruh Gipsy, seperti Guruh Soekarno Putera (composer), Keenan Nasution (drum), dan Roni Harahap (piano). Tak ketinggalan Yockie Soerjoprajogo, pemusik dari kelompok God Bless yang pertama kali meminta Chrisye untuk menyanyikan Lilin Lilin Kecil pada tahun 1977.
Kemampuan membaca tren
Salah satu yang pantas dicatat dalam keberadaan Chrisye di industri musik Indonesia adalah kemampuannya membaca dan menyisiati trend musik. Ia memang tak pernah larut atau terseret dalam trend. Tetapi, justeru
trend musik yang senantiasa bergeser dalam kurun waktu tertentu itu digenggamnya sebagai elemen yang memperkaya karakter musiknya sendiri.
Makanya, jika mencermati perjalanan karier musiknya yang terbentang lebih dari 30 tahun, Chrisye melakukan banyak sinergi dengan berbagai pemusik. Mulai dari yang sebaya seperti Eros Djarot, Guruh Soekarno Putera, Yockie Soeryoprajogo, Fariz RM, Debby Nasution, Junaedi Salat, dan Keenan Nasution, hingga ke pemusik yang selisih usianya agak berbeda semisal Addie MS, Raidy Noor, Adjie Soetama, Herman Gelly, Younky Soewarno, Tito Soemarsono, maupun Erwin Gutawa. Bahkan di tahun 2001-2004, Chrisye mencoba menyerap aura musik dari pemusik-pemusik berusia belia mulai dari Ahmad Dhani, Bebi Romeo, Ponky Jikustik, Peterpan, Ungu, Naif, Eross Chandra, Tohpati, dan masih sederet panjang lagi.
Bergaul dengan banyak pemusik memang seolah menjadi kebiasaan Chrisye sejak menerjunkan diri di kancah musik pada paruh era 60-an. Di saat itu pria ini bersama komunitas pemusik yang sering nongkrong di wilayah Pegangsaan Menteng, Jakarta, telah tergabung bersama kelompok 'Sabda Nada' yang didukung oleh Pontjo Soetowo (organ), Zulham Nasution (gitar), Gauri Nasution (gitar), dan nama-nama lainnya seperti Eddy
Odek, Edit, Ronald, hingga Keenan Nasution.
Tahun 1969, grup ini lalu berganti nama menjadi Gipsy dengan formasi Chrisye (bas), Keenan Nasution (drum), Gauri Nasution (gitar), Tammy (flute,saxophone), Atut Harahap (vocal), dan Onan Soesilo (organ).
Ketika Gipsy diminta menjadi homeband di Ramayana Restaurant yang berada di kawasan New York, Amerika Serikat, formasinya pun berubah dengan masuknya Rully Johan (organ), Lulu Soemaryo (saxophone), dan Adjie Bandi (biola) serta didukung Chrisye dan Keenan Nasution.
Di saat bersamaan, Dimas Wahab, pendiri The Pro's, mengajak Chrisye bergabung mendukung kelompok musik yang didalamnya tercatat pemusik tangguh seperti Broery Marantika (vocal,organ), Abadi Soesman
(keyboard), Pomo (saxophone), serta Ronnie Makasutji (drum).
Sepulang dari Amerika, sebuah proyek menantang telah menanti, yaitu asimilasi musik Timur dan Barat yang dikemas dalam proyek Guruh Gipsy. Proyek ini mempertemukan gagasan brilian dari Guruh Soekarno Putera dan Gipsy yang kini didukung oleh Keenan Nasution (drum), Chrisye (bas), Roni Harahap (piano), Abadi Soesman (synthesizers), dan Oding Nasution (gitar elektrik).
Setelah Guruh Gipsy, sosok Chrisye berkibar lewat album soundtrack Badai Pasti Berlalu dan menjadi ikhwal terbentuknya Badai Band yang didukung Chrisye (bas,vocal), Yockie Soerjoprajogo (keyboard), Roni Harahap
(piano), Oding Nasution (gitar), Fariz RM (drum), dan Keenan Nasution (drum).
Dari pergaulan musiknya inilah Chrisye setahap demi setahap membentuk jatidiri musikalnya. Tak pelak lagi, Chrisye merupakan maestro musik pop yang menorah banyak prestasi di industri musik pop. Chrisye pun banyak memberikan kontribusi dan inspirasi dalam gelegak industri musik pop.
Diskografi
Album proyek
1. Guruh Gipsy (1976,Independent)
2. Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors 1977 (1977,Prambors)
3. Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors 1981 (1981,Prambors)
4. Jurang Pemisah - Yockie Soerjoprajogo (1978,Pramaqua)
5. Untukmu Indonesiaku - Guruh Soekarno Putera (1980,Musica Studio)
6. Cinta Indonesia - Guruh Soekarno Putera (1984,Musica Studio)
7. Gilang Indonesia Gemilang - Guruh Soekarno Putera (1985,Musica Box)
8. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2003,Musica Studio)
9. From Us To You - Tribute To Titik Puspa (2005,Musica Studio)
Album soundtrack
1. Ali Topan Anak Jalanan (1977,Paragon Record)
2. Badai Pasti Berlalu (1977,Irama Mas)
3. Puspa Indah Taman Hati (1980,Musica Studios)
4. Seindah Rembulan (1980,Lolypop Record)
Album solo
1. Sabda Alam (1978.Musica Studio)
2. Percik Pesona (1979,Musica Studio)
3. Puspa Indah Taman Hati (1980.Musica Studio)
4. Pantulan Cita (1981,Musica Studio)
5. Resesi (1983,Musica Studio)
6. Metropolitan (1984,Musica Studio)
7. Nona ( 1984,Musica Studio)
8. Sendiri (1985,Musica Studio)
9. Aku Cinta Dia (1985.Musica Studio)
10. Hip Hip Hura (1986,Musica Studio)
11. Nona Lisa (1986,Musica Studio)
12. Jumpa Pertama (1988,Musica Studio)
13. Pergilah Kasih (1989,Musica Studio)
14. Sendiri Lagi (1993,Musica Studio)
15. Akustichrisye (1996,Musica Studio)
16. Kala Cinta Menggoda (1997,Musica Studio)
17. Badai Pasti Berlalu Milenium (1999,Musica Studio)
18. Konser Tur Legendaris (Musica Studio 2001)
19. Dekade (2002 ,Musica Studio)
20. Senyawa (2004,Musica Studio)