Ahad 11 Mar 2012 21:54 WIB

Harga BBM akan Naik, Rakyat Kecil Mulai Resah

Rep: satria kartika yudha/ Red: Heri Ruslan
BBM
BBM

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Meski harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belum naik, namun wacana itu sangat meresahkan masyarakat. Pasalnya, jelang kenaikan BBM, harga sembako di pasar tradisional surabaya merangkak naik. Itu seperti yang terjadi di pasar Keputran dan Pucang Surabaya. Kenaikan berkisar Rp. 1000 dan Rp. 1500.

Pantuan Republika, kenaikan hampir terjadi untuk semua jenis sembako. Minyak goreng curah naik menjadi Rp 11 ribu per klogram dari sebelumnya Rp 10 ribu. Telur dari Rp 15 ribu per kilogram  naik menjadi Rp 16 ribu. Beras menjadi sekitar Rp 9.900 per-kilo dari Rp 8500. Gula pasir mengalami kenaikan Rp 500 per kilogram. Kenaikan paling signifikan terjadi pada harga daging mencapai Rp 5.000 per kilogram .

Sumarso (42), pedagang daging di Pasar Keputan Surabaya merasa sangat resah dengan tidak stabilnya harga sembako. Menurutnya, harga daging memang naik-turun belakangan ini. Tertinggi pernah mencapai Rp 65 ribu per kilo.

"Belakangan ini pendapatan saya menurun, minat pembeli terhadap daging sapi menurun karena harga tidak stabil. Kami dianggap mempermainkan harga. Padahal kenaikan berawal di tingkat agen," katanya.

Sementara itu, Ana (34), pedagang sate dan sop di daerah Dinoyo kaget dengan kenaikan harga daging jelang kenaikan BBM. Ia pun semakin khawatir jika harga BBM benar-benar naik bisa mengurangi pendapatannya.

"Kalo BBM naik harga daging di pasar kan pasti naik. Kalau sudah begitu, saya juga pasti menaikan harga makanan di warung saya," ucap Ana.

Kekhawatiran itu lantaran jika ia menaikan harga makanan, maka minat pembeli di warungnya akan berkurang. Masyarakat akan lebih memilih membeli makanan non-daging yang bisa dibilang lebih murah. Meski begitu, Ana mengaku belum menaikan harga makanan di warungnya. Untuk satu porsi sop sapi dan kambing, masih ditarif Rp. 10.000.

Tak hanya pedagang yang merasakan keresahan itu namun juga para buruh yang dalam kesehariannya menggunakan angkutan umum. Hal itu seperti diungkapkan Wisnu (20), warga Dinoyo yang bekerja di daerah Ngagel Jaya Indah.

Ia menuturkan, untuk menjangkau ke tempat kerjanya, dirinya harus naik angkutan sebanyak dua kali dengan biaya Rp 6.000 pulang pergi. Jadi dalam sebulan ia harus mengeluarkan Rp 180 ribu per bulan untuk biaya akomodasi.

"Nah kalau BBM jadi naik, tarif Lyn (angkutan umum) bakal naik juga. Berarti saya harus mengeluarkan biaya lebih dari biasanya. Kalau gaji naik juga sih gak masalah," keluh pria yang bekerja di perusahaan perbaikan trafo itu.

Ia berharap agar pemerintah bisa menunda rencana kenaikan BBM. Bagi pria yang gajinya masih dibawah UMR itu, kenaikan BBM akan makin menyusahkan dirinya. Pasalnya tak hanya tarif angkot yang naik, harga-harga kebutuhan pokok bakal mengikuti. Sedangkan gaji yang ia dapati dalam sebulan sudah sangat pas-pasan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement