Senin 12 Mar 2012 15:23 WIB

Hamas: Israel Harus Hentikan Serangan Terlebih Dahulu

Rep: Lingga Permesti/ Red: Hazliansyah
Ilustrasi: Perdamaian Israel Palestina
Foto: wordpress
Ilustrasi: Perdamaian Israel Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas menyatakan Israel harus menahan serangan jika menginginkan adanya gencatan senjata. “Agresi Israel mulai dari tiga hari lalu dan sebelum berbicara tentang gencatan senjata, pihak Israel harus menghentikannya terlebih dahulu,” kata Juru bicara Hamas, Taher al-Nunu kepada AFP, Ahad (11/3).

Para pejabat Mesir, katanya, yang sudah sering menengahi gencatan senjata antara Israel dan Gaza di masa lalu, kini turut ambil bagian mengakhiri gejolak. “Pihak Mesir sedang berbicara dengan kita terus menerus dan kita menghargai peran mereka untuk mengakhiri agresi ini," ujar Nunu.

Mesir, kata Nunu, juga meminta Israel menghentikan agresi terlebih dahulu. “Kami mengatakan dengan jelas kepada mereka, jika Israel menghentikan agresi, kami akan merespon positif,” kata Nunu. Sebelumnya pada Ahad, juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri mengatakan sudah ada upaya untuk mengembalikan ketenangan tetapi sampai saat ini belum ada hasil yang positif.

Di sisi lain, kepala juru bicara militer Israel, Brigjen. Jenderal Yoav Mordechai, mengatakan kepada Radio Israel bahwa Israel akan menghentikan serangan apabila  Palestina menghentikan serangan roketnya. Meski demikian, militer Israel akan terus mengambil tindakan pencegahan untuk menggagalkan rencana serangan militan.

Militer Israel mengklaim menyerang situs dan fasilitas penyimpanan senjata pada Senin dini hari. Jihad Islam mengatakan seorang militan tewas saat meluncurkan roket dan lainnya tewas dalam serangan udara terpisah.

Israel mengatakan serangan udara sebagai respon serangan roket Palestina. Juru bicara polisi Israel, Micky Rosenfeld melaporkan, 11 roket ditembakkan ke Israel selatan pada Senin pagi. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, menyatakan Israel akan melanjutkan serangan udara terhadap Jalur Gaza selama dianggap perlu.

"Kami akan terus beraksi selama diperlukan,"  kata Netanyahu dalam sidang kabinet Israel. Juru bicara milite Israel, Mordechai, mengatakan Senin bahwa Israel siap untuk serangan darat jika diperlukan.

Sementara itu, Presiden Palestina Mahmud Abbas menyerukan agar semua pihak tenang. Ia juga menyeru melalui telepon kepada kepala Hamas Khaled Meshaal dan pemimpin Jihad Islam Ramadan Shallah agar menurunkan ketegangan.

Kantor berita WAFA melaporkan, Abbas juga berbicara dengan Ketua Liga Arab Nabil al-Arabi pada Ahad (11/3). Pembicaraan itu membahas kemungkinan masalah ini akan dibawa ke Dewan Keamanan PBB jika terjadi eskalasi berbahaya secara terus menerus.

Kekerasan dimulai pada hari Jumat sore ketika serangan udara Israel menewaskan pemimpin Komite Perlawanan Rakyat (RRC). Sejak itu, gerilyawan menembakkan sekitar 130 roket ke Israel selatan, melukai empat orang dan mendorong para pejabat Israel untuk meliburkan sekolah.

Kabar terbaru, serangan udara Israel menewaskan dua orang militan di Jalur Gaza pada Senin (12/3). Sejak Jumat, pertempuran menewaskan sebanyak 20 warga Gaza termasuk 18 pejuang Palestina.

Sebelumnya, pada Sabtu (10/3), ribuan pelayat ikut dalam prosesi pemakaman korban. Pada acara pemakaman tersebut, Abdullah Shami, anggota Gerakan Jihad Islam mengatakan, "Kami mengutuk kebungkaman masyarakat internasional, termasuk Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB. Karena sekarang jelas bahwa Israel adalah pemerintah kriminal yang melanggar semua hukum internasional,” katanya.

sumber : Ap/Afp
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement