REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Setidaknya 27 orang tewas dan 97 terluka dalam dua ledakan terbaru di Damaskus ibukota Suriah. Laporan awal mengatakan, ledakan berasal dari dua kendaraan bermuatan bahan peledak. Rincian laporan tidak dapat diberitakan, karena minimnya akses. Sebagian korban adalah anggota intelijen dan polisi yang terkena pecahan bangunan.
Puluhan orang telah tewas dalam serangan bom di Damaskus dan Aleppo beberapa bulan terakhir. Dalam insiden ini, pihak pemerintah dan oposisi 'cuci tangan' dan saling menyalahkan.
Ledakan terbaru terjadi dua hari setelah peringatan setahun pemberontakan terhadap Presiden Bashar Al-Assad. PBB memperkirakan, pemberontakan telah menewaskan lebih dari delapan ribu orang.
Kepaada kantor berita AFP, salah satu aktivis mengatakan, ledakan pertama terjadi pukul 07:30 waktu setempat. Kemudian diikuti ledakan kedua yang lebih kuat.
"Semua jendela dan pintu pecah. Saya sedang tidur ketika mendengar suara seperti gempa bumi, sampai akhirnya terdengar teriakan,” kata warga setempat Majed Seibiyah, kepada kantor berita Associated Press.
Protes anti-pemerintah kembali diadakan pada Jumat (16/3) waktu setempat di Suriah. Pertempuran kembali terjadi sejak pasukan pemerintah memberlakukan kontrol militer beberapa pekan lalu. Di hari yang sama, PBB dan Liga Arab memperpanjang masa tugas utusan khusus Kofi Annan. Ia ditugaskan untuk mengakhiri pertempuran dan menghilangkan hambatan bantuan kemanusiaan untuk Suriah. Annan mengatakan, telah mengirim satu tim khusus ke Suriah untuk pemantauan internasional.
Dunia internasional tetap terbagi menanggapi kondisi Suriah. Rusia dan Cina mendukung untuk menolak resolusi PBB. Sementara 27 negara lain mendukung resolusi ntuk mencegah pemerintah menggunakan senjata menghadapi oposisi. Namun Rusia dan China mendukung misi perdamaian yang dibawa Annan.