REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI--Pemerintah Libya secara resmi meminta Mahkaman Kejahatan Internasional (ICC) untuk menyerahkan mantan Kepala Intelijen Libya, Abdullah al-Senussi, Sabtu (17/3). Permintaan resmi ini menyusul ditangkapnya Senussi oleh otoritas keamanan Mauritania.
"Kami mendesak agar Sennusi segera diekstradisi ke Libia," kata juru bicara Dewan Transisi Nasional Libia, Mohammed al-Harizy. Lanjut Harizy, ada permintaan dari ICC dan Prancis untuk mendapatkan al-Senussi tapi prioritas seharusnya adalah menyerahkan al-Senussi kepada Libya.
"Al-Senussi seperti kotak hitam Qaddafi dia punya banyak informasi. Tangannya telah berlumuran darah warga Libia, dia harus dibawa ke negara ini untuk segera diadili." kata warga Tripoli, Mustafa Jhyma seperti dikutip Reuters. Sejumlah warga di Tripoli pada hari Sabtu (17/03) juga mendorong pemulangan al-Senussi.
Namun, pemulangan Senussi tampaknya tidak berjalan mulus karena ICC dan Prancis juga menginginkan Senussi. Prancis menginginkan ektradisi al-Senussi karena dia terkait dengan aksi peledakan bom pesawat pada tahun 1989 yang menewaskan 170 orang.
Pemerintah Mauritania menegaskan mereka akan melakukan penyidikan terlebih dahulu terhadap al-Senussi sebelum mempertimbangkan untuk menyerahkannya kepada negara lain.
Human Rights Watch dan Amnesy Internasional mengatakan Mauritania merupakan negara anggota PBB yang terikat dengan Dewan Keamanan PBB dan harus bekerja sama dengan ICC meskipun negara itu belum menandatangani kesepahaman soal ini. Kelompok Pegiat HAM ini meragukan Libya bisa menyelenggarakan proses persidangan yang adil bagi al-Senussi.