REPUBLIKA.CO.ID, ALMATY – Suasana ibukota Kazakhstan, Almaty, setelah shalat Jumat seolah menyembunyikan derita umat Islam di negara itu. Mereka terlihat seolah acuh dengan keberadaan kamera CCTV yang dipasang di setiap sudut kota, khususnya di dekat dan dalam masjid.
Muslim, umumnya para pria berusia 30 tahunan tumpah ruah memenuhi jalan-jalan. Atribut khas Muslim seperti gamis dan janggut panjang menjadi pemandangan umum.
Kazakhstan memberlakukan kebijakan pengawasan ketat terhadap Muslim semenjak tahun 2011. Meningkatnya pengawasan ini tanpa sepengatahuan pemerintah telah melahirkan kebencian mendalam di kalangan Muslim. Gerakan bawah tanah pun subur tak teraba pemerintah. Puncaknya, serangkaian serangan teroris pun tak terhindarkan.
Di luar itu, Muslim Kazakhstan cukup tersiksa dengan aturan tersebut. Beragam efek negatif telah mereka rasakan. Di kota Aktau misalnya, seorang Muslim dipecat lantaran ia bersama rekannya ketahuan melaksanakan shalat Jumat berjamaah.
Di Taraz, seorang Muslim menganggur lantaran para majikan tidak mempekerjakan Muslim berjanggut. Sementara pria itu, enggan mencukur janggutnya. Kini, ia terpaksa untuk berbagi apartemen dengan keluarga lainnya guna mengurangi beban biaya.
Magomet, warga Kazakhstan keturunan Dagestan yang telah tinggal di Atrau selama puluhan tahun, mengaku merasa diawasi oleh pemerintah. Ia memang menjadi anggota Jamaah Tabligh, organisasi Islam yang diawasi pemerintah. Berulang kali telepon miliknya disadap. "Ada hal yang lebih baik di sini ketimbang di Rusia," ungkap dia yang enggan meninggalkan Kazakhstan dalam waktu dekat.
Meski pengawasan menjadi lebih ketat, Magomet menggaku, jumlah jamaah yang memadati masjid tidak berkurang. Sepuluh tahun lalu, kata dia, hanya ada lima atau enam jamaah, semuanya berusia tua. "Sekarang kian banyak anak muda yang shalat," tuturnya.
Pengamat politik lokal, Maitanow, berpendapat upaya pemerintah Kazakhstan untuk menekan umat Islam bakal menjadi bumerang di kemudian hari. Ia juga memperingatkan apa yang dilakukan pemerintah hanya akan melahirkan gerakan untuk berjihad. "Saya kira, jika mereka (pemerintah) menyerang iman anda, iman anda tumbuh lebih keras," kata Maitanov.
Kazakhstan mengikuti kebijakan negara tetangga mereka, Uzbekistan dan Tajikistan untuk memberlakukan paket undang-undang yang mengawasi aktivitas keagamaan. Alasannya pun serupa, untuk mencegah pertumbuhan kelompok ekstrimis.