REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN---Sedikitnya 5.000 minibus angkutan kota (angkot) tidak beroperasi karena diperkirakan banyak sopir angkutan umum itu ikut dalam aksi demo menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Sejak pagi hingga menjelang siang hari, ada sekitar 50 persen dari 12.000 unit angkot di Medan tidak beroperasi," kata Sekretaris Jenderal Keluarga Besar Sopir dan Pemilik Kendaraan (Kesper) Sumatera Utara, Israel Situmeang, Senin (26/3).
Sopir angkot yang tidak beroperasi tersebut, menurut dia, pada umumnya bergabung dengan sejumlah elemen masyarakat lain untuk menggelar aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM ke sejumlah instansi terkait.
Bahkan, ratusan sopir angkot yang berpangkalan di kawasan Terminal Terpadu Amplas Medan sekitar pukul 08.30 WIB berkumpul dan menggelar demo di perempatan jembatan layang Amplas.
Namun beberapa saat kemudian, aksi demo para sopir angkot itu dibubarkan oleh aparat keamanan karena aksi mereka dianggap mengganggu arus lalu lintas.
Israel memperkirakan, aksi mogok sementara para sopir angkot tersebut diperkirakan masih akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan. "Kami mengakui banyak warga masyarakat pengguna jasa angkot kecewa atas berkurangnya jumlah unit armada angkot yang beroperasi," ujarnya.
Keputusan sopir angkot tidak beroperasi sementara, menurut dia, semata-mata bertujuan meminta pemerintah agar tidak merealisasikan keputusan menaikkan harga BBM yang direncanakan awal April 2012.
Bagi kalangan pelaku usaha dan sopir jasa angkutan umum, lanjut dia, kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga berbagai jenis barang dan biaya operasional meski tarif angkot dinaikkan.
"Jika harga BBM naik, tarif angkot mau tidak mau terpaksa harus dinaikkan. Kondisi ini tentunya akan ikut menambah beban bagi masyarakat pengguna jasa angkutan umum," ujarnya.
Karena itu, pihaknya tidak sependapat dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM, meski dibarengi dengan pemberian beberapa paket kompensasi.