Selasa 27 Mar 2012 14:46 WIB

Suriah Resmi Tanggapi Usulan Kofi Annan

Rep: Lingga Permesti/ Red: Karta Raharja Ucu
Mantan Sekjend PBB Kofi Anan
Foto: alarabiya
Mantan Sekjend PBB Kofi Anan

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Suriah secara resmi menanggapi enam poin rencana perdamaian yang diajukan utusan khusus bersama PBB dan Liga Arab, Koffi Annan.

“Annan sedang mempelajari hal itu dan akan menjawab secepatnya,” kata juru bicara Annan, Ahmad Fawzy, Senin (27/3).

Enam poin usulan perdamaian Annan tersebut berisi seruan untuk gencatan senjata, dialog politik antara pemerintah dan oposisi, dan akses penuh agar badan kemanusiaan dapat masuk memberi bantuan.

Sebelumnya, Annan mengatakan kepada wartawan di Moskow dirinya tidak bisa menetapkan batas waktu untuk resolusi krisis Suriah. Tetapi resolusi yang diajukannya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah Suriah. “Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut tanpa batas waktu,” ucap Annan, Ahad (26/3) kemarin saat bertemu dengan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev.

Baik Rusia dan Cina memberi dukungan penuh untuk misi Annan, meskipun kedua negara tersebut tetap meyakini tidak boleh ada campur tangan asing di Suriah.

Sementara itu, Turki dan Norwegia menutup kedutaannya di Suriah dan mengecam kekerasan yang semakin mengkhawatirkan di Suriah.

Belum ada pernyataan terbaru dari Pemerintah Suriah, namun Duta Besar PBB untuk Suriah, Bashar Ja’fari mengatakan, kelompok teroris menerima senjata dari pendukung di Lebanon. “Para ahli, pejabat dan pengamat sepakat bahwa senjata diselundupkan ke wilayah Suriah melalui negara perbatasan,” katanya.

Bashar tidak memberikan rincian tentang negara mana yang mempersejatai dan mendanai pemberontak Suriah.

Sementara itu, pertempuran sengit terjadi di Suriah pada Senin (26/3). Bahkan, pertempuran terjadi sampai zona penyangga. Video menunjukkan api menjulang tinggi dan asap hitam mengepul di dua lokasi di Homs. “Setiap hari penembakan berlangsung, rezim memusnahkan kota,” kata seorang aktivis bernama Waleed Faris. Sebanyak 16 orang tewas dalam bentrokan di seluruh negeri.

Bentrokan di zona penyangga terjadi di perbatasan Turki dekat dengan Desa Darkoush. Belum diketahui berapa banyak korban yang terbunuh dan terluka. Diakui aktivis, terdapat dua pria Aljazair berkewarganegaraan Inggris yang jadi korban, dan salah satunya dikabarkan tewas.

Sementara di Damaskus, pemberontak menyerang bus militer dan menewaskan tiga tentara. Bentrokan juga terjadi di Hama dan provinsi selatan Deraa. Kantor berita SANA menyatakan, tentara telah membunuh enam orang teroris buronan paling berbahaya di Deraa. Mereka juga menggagalkan peledakkan Jembatan al-Najih di jalan raya Damaskus-Deraa.

Sebagai respon terhadap situasi keamanan, pemerintah Suriah melarang pria antara usia 18-42 tahun keluar dari Suriah. Mereka harus mendapatkan izin perekrutan militer dan imigrasi sebelum melakukan perjalanan. Aturan ini mengakibatkan lalu lintas di persimpangan utama Beirut dan Damaskus turun sebesar 60 persen.

Sementara itu, kelompok oposisi utama Suriah mengklaim Turki telah berjanji untuk mendirikan zona penyangga di perbatasan Turki-Suriah. Sekitar 200 anggota oposisi Suriah telah bersama-sama diundang ke Istanbul oleh Turki dan Qatar.

Klaim oposisi ini datang lebih dari sepuluh hari setelah Perdana Menteri Turki, Tayyip Erdogan mengatakan akan mendirikan zona penyangga di sepanjang perbatasan Suriah yang akan menjadi salah satu pilihan dan pertimbangan negaranya. "Pada subjek Suriah, zona penyangga, zona keamanan, semua ini sedang dipelajari," kata Erdogan beberapa waktu yang lalu.

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement