Selasa 27 Mar 2012 14:46 WIB

JK: Ambisi Saya Bukan Jadi Presiden, Tapi Menjadikan Indonesia Lebih Baik

Mantan Wakil Presiden dan Ketua PMI, Jusuf Kalla.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Mantan Wakil Presiden dan Ketua PMI, Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID,  SEMARANG -- Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengatakan, menjadi Presiden bukanlah pekerjaan yang bersifat coba-coba.

"Ambisi saya bukan menjadi presiden, tetapi bagaimana negeri ini bisa lebih baik," katanya pria yang akrab disapa JK itu di Semarang, Selasa.

Hal itu diungkapkannya di sela kuliah umum berjudul "Pemuda, Mahasiswa, dan Pembangunan Nasional" di Universitas Diponegoro Semarang, menjawab pertanyaan mahasiswa tentang kesediaannya maju dalam Pemilu Presiden 2014 mendatang.

Pria kelahiran Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942 itu menjawab diplomatis bahwa dirinya tidak berambisi untuk maju dalam pencalonan Presiden pada 2014 mendatang.

Akan tetapi, JK yang pernah menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu mengatakan jika rakyat menghendakinya maju, maka dirinya akan mengambil tanggung jawab yang besar tersebut.

Ia mengingatkan, menjadi Presiden bukan pekerjaan yang sifatnya coba-coba, sebab hanya satu presiden di negeri ini sehingga harus benar-benar memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab yang besar tersebut.

"Kalau menteri bolehlah coba-coba, seandainya tidak bagus mungkin bisa diganti, namun kalau Presiden tidak bisa. Harus menunggu sampai akhir periode sehingga harus benar-benar memiliki kemampuan," katanya.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu kembali menegaskan ambisinya yang bukan pada masalah jabatan, namun lebih pada ambisi bagaimana agar Indonesia bisa menjadi lebih baik.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement