REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), mengaku sempat meneriaki mahasiswa agar tidak bertindak brutal dan merusak kendaraan polisi. Namun, setelah demo antikenaikan harga BBM yang berakhir bentrok dengan polisi di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis (29/3) malam itu, polisi justru merangsek dan menggeledah kantor YLBHI/LBH Jakarta.
Koordinator Tim Advokasi Mahasiswa dan Rakyat, Bambang Sri Pujo Sukarno, mengemukakan, pada sekitar pukul 19.00-20.00 WIB, di lantai tiga kantor YLBHI berlangsung rapat koordinasi termasuk dengan Mahasiswa dari Konami.
Sementara itu, lanjut Bambang, di jalanan terdengar suara ribut-ribut. Terlihat sekelompok mahasiswa berlarian dari arah Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM), Salemba, menuju Bioskop Megaria di Jalan Diponegoro. ''Mereka tengah diburu oleh polisi,'' katanya.
Namun karena jalanan macet, aksi kejar-kejaran itu tidak berlangsung mulus. Lalu mahasiswa mendapati sebuah mobil Toyota Kijang warna putih milik polisi dan menggoyang-goyangkannya. ''Dari lantai tiga YLBHI kami berteriak agar mereka jangan sampai merusak mobil itu. Namun, mungkin karena tidak terdengar, aksi mereka tak dapat dihentikan,' ungkap Bambang.
Masa mahasiswa kemudian dihalau oleh polisi. Mereka berlarian ke berbagai arah, di antaranya ada yang ke kantor YLBHI. Karena itulah polisi kemudian merangsek masuk. Mereka memeriksa identitas dan menggeledah tas orang-orang yang berda di YKBHI, termasuk aktivis Konami.
Polisi tidak menemukan barang-barang terlarang atau membahayakan, kecuali sebuah ketapel dan bendera Nazi. Namun, polisi kemudian mengangkut 52 aktivis Konami ke Markas Polda Metro Jaya. Direktur Litbang YLBHI, Agung Wijaya, juga ikut diciduk