REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo mengatakan, kemungkinan batalnya kenaikkan BBM masih mungkin terjadi. Bila kemungkinan itu terjadi, pemerintah harus menggenjot program diversifikasi energi ke bahan bakar gas.
Widjajono mengatakan, solusi cerdas harus tetap dipersiapkan pemerintah. "Misalnya jika harga BBM tak jadi dinaikkan, maka harga gas saja kita turunkan," ucap Widjajono di Jakarta, Jumat (30/3).
Solusi cerdas lainnya, sambung Widjajono, misalnya mengizinkan nelayan untuk menggunakan elpiji atau gas berisi tiga kilogram (kg). Sebelumnya, tak semua keluarga nelayan dibolehkan menggunakan elpiji ukuran tersebut, melainkan elpiji 12 kg.
Seluruh kaum nelayan selaiknya dimasukkan ke dalam data yang berhak mendapatkan program konversi elpiji tiga kg. Hal ini akan mengurangi penggunaan BBM oleh nelayan. Dimana, BBM dibutuhkan hampir 30 persen terhadap operasional nelayan.
Guru besar ITB ini menyayangkan sebab Indonesia yang memiliki sumber energi termurah, yaitu batubara, justru diekspor ke luar negeri dalam jumlah besar. "Indonesia malah memilih mengimpor BBM yang harganya lebih mahal," sesalnya.
Permasalahan energi di Indonesia tersendat kurangnya penggunaan energi terbarukan. Hal ini karena kurangnya investasi pemerintah terhadap sektor tersebut hanya karena biaya negara tergerus untuk menyubsidi energi minyak.