Sabtu 07 Apr 2012 01:03 WIB

Larungan Tukik dan Benur di Palabuhanratu

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Dewi Mardiani
Sejumlah wisatawan bermain air saat matahari terbenam di pantai Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Foto: Antara/Ismar Patrizki
Sejumlah wisatawan bermain air saat matahari terbenam di pantai Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, Syukuran Hari Nelayan seakan menjadi tradisi yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan warga di perairan selatan Sukabumi. Momen yang rutin dirayakan setiap 6 April ini merupakan tradisi turun temurun yang melekat di masyarakat.

Nelayan dan masyarakat umum biasanya tumpah ruah merayakan hari nelayan yang terpusat di kawasan Dermaga maupun Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Di tempat tersebut digelar serangkaian upacara adat larung saji benur dan tukik (anak penyu) di tengah laut.

Kemeriahan pesata laut ini terlihat pada Kamis (5/4) lalu. Perayaan hari nelayan ke 52 yang pada 2012 dimajukan satu hari ini, dihadiri ribuan warga dan pengunjung dari berbagai daerah.

Rangkaian acara upacara adat diawali dengan pelepasan iring-iringan Ratu Pantai Selatan di depan Pendopo Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu oleh Wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf. Rombongan tersebut melintasi jalanan utama Palabuhanratu hingga akhirnya menuju lokasi utama upacara adat di Dermaga II, Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP) dengan diwarnai tarian.

Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan dan Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Heryanto Marwoto, dan sejumlah tokoh diajak memberikan sesajen ke tengah laut dengan perahu tradisional bersama dengan nelayan.

Sesajen yang diberikan tidak dalam bentuk kepala kerbau atau kambing, melainkan tukik (anak penyu) dan benur (bibit ikan/udang). Tradisi memberikan sesajen kepala kerbau yang digantikan tukik atau bibit ikan ini sudah berlangsung sejak sekitar 2005 lalu.

Perayaan hari nelayan di Palabuhanratu juga dimeriahkan dengan kehadiran hiburan rakyat di TPI Palabuhanratu. Di depan TPI pun banyak berdiri lapak-lapak pedagang yang menawarkan barang.

Selain itu, perayaan hari nelayan merupakan cerminan pelestarian budaya dan tradisi nenek moyang jaman dulu. Perayaan ini juga sebagai wujud dari rasa syukur kepada Allah SWT. Sehingga dalam ajang perayaan hari nelayan pun digelar kegiatan istighotsah dan tablig akbar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement