Sabtu 07 Apr 2012 09:38 WIB

Wah, Penarik Becak Banting Setir Jadi Penenun Songket

Songket Palembang/ilustrasi
Foto: OLX Palembang
Songket Palembang/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG---Penarik becak, Hipmi (40 tahun), memilih beralih profesi menjadi penenun songket khas Palembang, karena penghasilan yang didapat selama ini tidak lagi pernah mencukupi.

 

Setelah lelah bergonta-ganti pekerjaan mulai dari sopir perahu kayu bermesin khas di Sungai Musi, kemudian menjadi penarik becak, akhirnya memilih profesi baru sebagai penenun songket, kata Hipmi, ketika ditemui di kediamannya di kawasan kumuh Kelurahan 3-4 Ulu Palembang, Sabtu.

Menurut dia, sudah empat tahun ini menenun songket setelah belajar dari istri. Ia mengungkapkan, awalnya tidak mudah untuk menenun songket, karena rumit sehingga perlu ketelatenan atau ketelitian serta harus memiliki jiwa seni, sehingga bisa menghasilkan kain yang bermotif menarik.

Setiap hari bersama istri menenun benang-benang untuk dijadikan kain sarung atau selendang songket bermotif khas Palembang, ungkapnya.

Ia menjelaskan, kain songket yang diproduksinya memang bukan berkualitas nomor satu, karena pangsa pasarnya juga langsung ke Pasar 16 Ilir Palembang dengan harga jual kisaran Rp650 ribu per stel (kain dan selendang-red).

Namun, kalau ada pesanan untuk menenun songket paling bagus, mereka pun bisa memenuhi sesuai dengan keinginan pembeli asal cocok harga, katanya.

Menurut dia, untuk menenun selembar kain songket membutuhkan waktu lima hari, sehingga setiap bulannya enam lembar kain diproduksinya.

Sedangkan, Mala, sang istri (32), hanya mampu menyelesaikan tiga lembar kain songket selama sebulan, karena memang tidak hanya fokus menenun tetapi juga pekerjaan rumah tangga lainnya.

Hipmi dan istri bersama dua anak yang masih usia sekolah dasar bermukim dan bekerja di kawasan kumuh yang mendesak untuk segera dibangunkan rumah layak.

Pasangan ini, setiap bulan dari menenun songket mampu menghasilkan uang yang lumayan, tetapi enggan untuk pindah dari pemukiman tersebut meskipun kumuh.

"Kami berharap pemerintah kota setempat segera memperluas pembangunan rumah murah sehat, sehingga mendapat giliran mencicil rumah seperti tetangga," kata Hipmi sembari menenun songket berwarna ungu perak.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement