REPUBLIKA.CO.ID, Korea Utara (Korut) telah memposisikan roket jarak-jauhnya yang kontroversial ke platform peluncuran, kendati negara-negara Barat memperingatkan bahwa peluncuran itu melanggar resolusi PBB.
Pyongyang yang biasanya diliputi kerahasiaan kali ini mengundang reporter asing untuk menyaksikan roket
tersebut, yang dikatakannya untuk mengirim sebuah satelit ke orbit untuk melakukan survey.
Korea Utara mengizinkan sejumlah reporter asing berkunjung ke pusat antariksa menjelang peluncuran, yang dikatakan mungkin akan dilaksanakan antara Kamis dan Senin depan. Para jurnalis itu, yang tiba dengan kereta api khusus, dapat mengamati roket itu dari jarak 50 meter.
Roket itu dicat putih dengan huruf-huruf berwarna biru langit, tingginya 30 meter dan mempunyai diameter 2,5 meter.
Para jurnalis juga dapat melihat dari dekat apa yang menurut para pejabat adalah satelit yang akan diorbitkan: sebuah kotak 100 kilogram dengan lima antene, ditutup dengan panel surya untuk memberinya listrik.
"Tuduhan bahwa ini adalah uji coba rudal benar-benar nonsens," kata Jang Myong-jin, kepala pusat antariksa Tongchang.
"Peluncuran ini direncanakan sejak lama, bertepatan dengan 100 tahun lahirnya mendiang presiden Kim Il-sung. Kami tidak mempunyai tujuan provokatif," katanya menambahkan.
Amerika Serikat menyatakan, itu adalah peluncuran rudal balistik, sementara Jepang dan Korea Utara berikrar akan menembak jatuh jika roket itu nyasar ke wilayah mereka.