REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Gempa bumi berkekuatan 8,5 skala Richter yang terjadi di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam Rabu sekitar pukul 16:02 WIB, tidak menyebabkan air laut surut sebagai pertanda akan adanya tsunami, namun kepanikan masih terlihat di jalanan dalam Kota Banda Aceh.
"Saya sempat mengontak petugas Orari dan dia menyebutkan bahwa air laut tidak surut," kata Heru Dwi Suryatmojo, Kepala Biro Perum Kantor Berita ANTARA Provinsi NAD yang dihubungi dari Pekanbar, Rabu.
Informasi awal dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pekanbaru menyatakan, gempa tektonik berkekuatan 8,5 skala richter (SR) itu berpotensi tsunami.
"Potensi tsunami terjadi di lima provinsi di Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung," demikian analis BMKG Pekanbaru, Marzuki.
Heru juga melaporkan bahwa getaran gempa terasa keras dan lama menyebabkan palfon dan atap rumah ada yang roboh, namun bangunan roboh belum terlihat.
"Mirip seperti terjadinya tsunami Desember 2004. Warga berlarian sambil berteriak dengan panik," ujarnya.
Di kantor gubernur pegawai yang masih di kantor langsung berhamburan dan pulang kerumah masing-masing. Warga lain banyak yang sudah pergi mencari tempat tinggi untuk mengungsi.
"Foto-foto yang dipajang di dinding kantor Perum LKBN ANTARA pada berjatuhan," ujarnya dengan nada cemas.