REPUBLIKA.CO.ID, Sudah hampir 14 tahun, Wiwin (20 tahun), menderita lumpuh. Warga Kampung Sukamekar RT 03 RW 08, Desa Wangunreja, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi ini mengalami kelumpuhan sejak usianya baru enam tahun.
Wiwin hanya bisa berbaring di rumahnya yang kumuh. Kondisinya makin memprihatinkan sejak lima tahun terakhir. Bagian kakinya kaku dan tidak bisa ditekuk sehingga sulit untuk memakai pakaian.
Selain lumpuh, Wiwin pun tidak bisa berbicara lancar. Untuk berkomunikasi sehari-hari dia hanya menggunakan isyarat tubuh dan tangisan.
Ironisnya, penyebab kelumpuhannya hingga kini belum diketahui. Pasalnya, sejak menderita sakit Wiwin tidak pernah berobat ke dokter maupun puskesmas karena alasan ketiadaan biaya.
Keluarganya memang tergolong miskin. Orangtuanya, Asiyah (49) dan Turi (42) hanya berprofesi sebagai buruh pencari rumput. Setiap harinya mereka hanya memperoleh penghasilan Rp 20 ribu.
‘’Saat dilahirkan kondisi Wiwin normal,’’ ujar Asiyah, kepada wartawan akhir pekan lalu. Bahkan, dia terlihat aktif bermain dengan teman sebayanya.
Wiwin sendiri mempunyai saudara kembar laki-laki, Wawan (20) yang lebih dulu lahir empat jam sebelumnya. Saat ini kondisi Wawan hidup sehat dan sudah bekerja.
Asiyah mengungkapkan, lumpuh yang diderita anaknya berawal dari penyakit panas yang diderita Wiwin. Gejala ini dialami Wiwin setelah bermain di sungai bersama dengan anak yang lain.
Pada waktu itu, ujar Asiyah, dia hanya memberikan obat seharga Rp 7.500 untuk mengobati anak ketiganya ini. Selang beberapa hari penyakitnya sembuh.
Namun dua pekan kemudian, Wiwin mengalami sakit pada bagian rahimnya. Bahkan, Wiwin mengeluarkan cairan hitam pada mulutnya. Saat itu, Wiwin tidak di bawa ke dokter dan hanya dirawat di rumahnya.
‘’Inginnya di bawa ke puskesmas tapi tidak punya biaya,’’ keluh Asiyah. Untuk hidup sehari-hari saja mereka sudah kesulitan, apalagi untuk membiayai perawatan di rumah sakit. Sejak lumpuh, tidak ada perhatian dari pemerintah untuk menangani penyakit Wiwin.