Senin 23 Apr 2012 12:30 WIB

Tas Ransel Hadar Gumay

Rep: erdy nasrul / Red: M Irwan Ariefyanto
Hadar Gumay
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Hadar Gumay

REPUBLIKA.CO.ID,Tak ada yang berubah dari penampilan Hadar Gumay. Anggota KPU terpilih ini tetap saja membawa tas ransel layaknya ma hasiswa, padahal dia sudah paruh baya. Kariernya yang melonjak menjadi anggota KPU juga tidak membuatnya mengubah penampilan.

Sebelumnya, dia adalah direktur eksekutif Centre for Electoral Reform (Cetro). Jabatan itu masih diembannya hingga saat ini. Jika menghadiri sebuah pertemuan, dia kerap memakai kemeja lengan pendek atau batik lengan pendek dengan celana panjang. Tak lupa tas ransel yang menempel di punggungnya. "Gaya saya tidak berubah," celetuk Hadar, kepada ROL.

Tas dimanfaatkannya untuk menampung dokumen-dokumen seputar pemilu. Dia terus memfokuskan dirinya untuk memperbaiki pemilu di Indonesia. Kisah Hadar memfokuskan diri mendalami pemilu berkaitan dengan dunia kemahasiswaannya pada era reformasi. Pada 1998 lalu, dia dikenal sebagai dosen Fakultas Sosiologi Universitas Indonesia. Ketika itu pun, dia selalu membawa tas ransel karena dapat menampung banyak dokumen. Dia membawa tas itu ke DPR bersama teman teman dosen UI. Mereka bertemu dengan anggota de wan untuk menyuarakan Presiden Soeharto harus turun.

Setelah Soeharto lengser, Habibie naik menjadi presiden. Pemilu pada 1999 dinilai pijakan awal reformasi. Hadar ketika itu memantau pe milu di Jakarta. Tidak ketinggalan, tas ransel menemaninya. Catatan dan data-data seputar pemilu disimpan di dalamnya.

Konsentrasi pada pemilu membuatnya harus membagi waktu antara mengajari mahasiswanya dan mempelajari pemilu. Dia sempat berencana mengundurkan diri, namun dosen-dosen UI lainnya mencegah. "Dosen di sini wajar memiliki kesibukan di luar," pesan teman-teman dosen yang masih diingatnya.

Hadar merasa tidak enak. Dia akhirnya memutuskan untuk berhenti mengajar dan melepas status kepegawaian negeri sipil pada 2007. Setelah itu, dia memfokuskan di Cetro.

Tidak hanya di Indonesia Hadar mempelajari pemilu. Dia menyambangi sejumlah negara untuk mengetahui pemilu di negara lain. Dia belajar ke pada seorang pakar pemilu di Asia, Damaso Magbual. Pria yang akrab disapa ‘Dummy’ ini kerap menjadi pengawas atau pengamat pemilu luar negeri di asia.

Interaksi antara Hadar dan Dummy terus terjadi sejak 2000 lalu. Di sanalah dia mempelajari sistem pemilu dan mendalami permasalahan pemilu secara umum.

Hadar dengan Cetro dikenal sebagai penggagas sistem proporsional terbuka. Institusi parpol tidak lagi terlalu dominan untuk menentukan apa kah seseorang layak mencalonkan diri atau tidak. Selain itu, caleg memang harus berjuang keras agar dapat dipilih rakyatnya.

Sistem terbuka ini menggantikan sistem tertutup yang selama ini diterapkan pada pemilu di Indonesia. Dalam sistem terbuka, parpol hanya menjadi fasilitator yang tidak terlalu mendominasi. Parpol akhirnya tidak menjadi rezim ber kuasa. Individu yang berkuasa. Masyarakat lang sung memilih individu, bukan parpol.

Kini Hadar menjadi anggota KPU terpilih. Tu gas dia saat ini adalah menjalankan apa yang pernah didalami dan diamatinya selama ini. Tidak lupa, Hadar pasti akan mengeluarkan catatan atau menyimpan dokumen di tas ranselnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement