REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG---Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur Aden Gultom mengatakan, sejak wacana kenaikan harga bahan bakar minyak hingga kebijakan pengendalian dan pembatasannya muncul telah memicu kenaikan harga barang kebutuhan pokok di pasaran hingga saat ini.
"NTT sebagai salah satu daerah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste ini, sangat merasakan dampak dari isu dan wacana tersebut, sehingga semakin membuat warganya kesulitan dalam hal daya beli," katanya di Kupang, Jumat (4/5).
Ia mengatakan hal tersebut terkait pengendalian BBM bersubsidi dan dampaknya terhadap perkembangan harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar modern dan tradisional dalam wilayah itu.
Dia mengatakan, dampak itu sangat dirasakan dan tergambar dari inflasi yang dialami NTT terutama pada Maret yang merupakan puncak isu akan terjadi kenaikan harga BBM.
Pada saat itu Nusa Tenggara Timur mengalami inflasi sebesar 0,25 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada Februari 2012 sebesar 0,19 persen.
"Dibayangi dengan isu kenaikan harga BBM, Maret 2012 ini, Nusa Tenggara Timur mengalami inflasi 0,25 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang lalu sebesar 0,19 persen, sehingga pada Januari-Maret 2012, NTT sudah mengalami inflasi sebesar 1,03 persen," katanya.