REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengundang Presiden terpilih Prancis, Francois Hollande ke Gedung Putih akhir bulan ini. Undangan itu adalah upaya mempererat hubungan kedua negara. Obama berharap AS akan bekerja 'erat' dengan Prancis pada era kepemimpinan Hollande.
Hal itu dikatakan salah satu juru bicara Gedung Putih, Ahad (6/5) waktu setempat. Ketika Hollande dinyatakan terpilih sebagai Presiden baru Prancis, Obama langsung menghubunginya. Lewat sambungan telepon, Obama mengucapkan selamat atas kemenangan Hollande. "Obama berharap ia bisa bekerja sama dengan Hollande dan pemerintahnya dalam berbagai tantangan ekonomi dan keamanan bersama," kata Juru bicara Gedung Putih Jay Carney dalam satu pernyataan.
"Obama dan Hollande masing-masing menegaskan kembali untuk melestarikan persahabatan antara rakyat Amerika Serikat dan Prancis," sambung pernyataan tersebut.
Obama akan memimpin AS menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin Kelompok Delapan (G8) negara-negara kaya di Camp David, Maryland antara 18-19 Mei, dan diikuti KTT persekutuan transatlantik NATO di Chicago pada 20-21 Mei.
Carney menyebut, dalam pembicaraannya melalui telepon dengan Hollande, Obama mengusulkan agar mereka bertemu sebelumnya di Gedung Putih untuk pertemuan bilateral.
Hollande terpilih sebagai Presiden baru Prancis dari kalangan sosialis untuk kali pertama dalam hampir dua dekade. Ia mengalahkan Nicolas Sarkozy dalam Pemilu Presiden putaran kedua dan mengubah peta perpolitikan Eropa.
Hasil pemilu Prancis ini memiliki implikasi besar bagi Eropa di saat benua biru itu sedang berjuang mengatasi krisis keuangan. Dan Prancis, sebagai zona ekonomi euro terbesar kedua dan sebagai negara bersenjata nuklir anggota tetap Dewan Keamanan PBB memiliki peran besar dalam mengubah wajah Eropa dan dunia.