REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kementerian Perhubungan meminta semua pihak menunggu hasil penelitian dan investigasi yang kini sedang dilakukan oleh tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait dengan musibah Sukhoi Superjet 100.
"Kita tidak bisa memprediksi apa yang menjadi faktor terjadinya kecelakaan, kita tunggu saja hasil investigasi KNKT," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Herry Bakti S. Gumay, melalui keterangan tertulis dari Pusat Komunikasi Publik Kemenhub yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut Herry, pihaknya tidak bisa memastikan apakah kemungkinan cuaca yang kurang bagus yang menghalau pandangan pilot menjadi salah satu penyebab atau tidak sebelum hasil investigasi dilakukan oleh KNKT dan dirilis ke publik.
Ia memaparkan pihak Rusia yang menerbangkan pesawat Sukhoi itu sudah mendapatkan izin untuk melakukan "demo flight" atau promosi penerbangan dari Kementerian Luar Negeri, Mabes TNI, dan Kemenhub.
"Tujuan mereka adalah untuk promosi Sukhoi di Indonesia dan dilaksanakan di Bandara Halim Perdana Kusuma dengan mengundang komunitas penerbangan," katanya.
Dirjen Hubud juga menuturkan bahwa pesawat hilang kontak setelah 12 menit terbang, yakni dari pukul 14.21 hingga 14.33, dan meminta untuk merendahkan penerbangan dari ketinggian 10.000 kaki menjadi 6.000 kaki kepada ATC (menara pengawas).
Namun, ujar dia, pesawat ternyata pada akhirnya ditemukan di pegunungan Salak di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sedangkan apabila posisi pesawat masih di atas Bandar Udara Atang Sanjaya Bogor, angka ketinggian tersebut tidak bermasalah dan tetap bisa dilintasi pesawat.
Ia mengungkapkan pilihan terbang di kawasan Bogor memang sering dilakukan mengingat minimnya penerbangan dan tidak ada penerbangan berjadwal yang melewati wilayah itu, kecuali untuk pesawat carter.
Herry mengatakan bahwa pihaknya tidak akan campur tangan dengan rencana pembelian pesawat Sukhoi tipe tersebut yang akan dilakukan PT Kartika Airlines sebanyak 30 pesawat dan PT Sky Aviation sebanyak 12 pesawat karena merupakan B to B (business to business/antarpebisnis).
Senada dengan Dirjen Hubud, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan bahwa pembelian pesawat Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia oleh sejumlah maskapai penerbangan di Tanah Air masih bersifat bisnis antara maskapai sebagai pembeli dan Sukhoi sebagai penjual.
Pemerintah dalam hal ini Kemenhub, menurut Bambang, tidak mengikuti atau terlibat langsung dalam kesepakatan bisnisnya, seperti antara Kartika Airlines atau Sky Aviation dan Sukhoi Civil Aircraft Company.