Sabtu 12 May 2012 14:48 WIB

Pilot: Terbang di Indonesia Seperti di 'Neraka'

Rep: Ahmad Reza Safitri/ Red: Karta Raharja Ucu
Sukhoi Superjet 100
Foto: Benoit Tessier/Reuters
Sukhoi Superjet 100

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terbang di Indonesia seperti terbang di 'neraka'. Hal itu lantaran maraknya gangguan komunikasi ketika mengudarakan pesawat terbang. Pernyataan tersebut diungkapkan salah satu Pilot Garuda Indonesia, Jefrey Adrian dalam sebuah acara diskusi, di Jakarta, Sabtu (12/5).

Bahkan, kata pria yang kini tengah cuti panjang dari pekerjaannya itu, pernyataan tersebut tak hanya diungkapkan pilot dalam negeri saja. "Pilot asing pun banyak yang mengatakan itu," ungkap Jefrey.

Jefrey menjelaskan, para pilot mengeluhkan banyaknya gangguan komunikasi antara pesawat dengan menara pengawas. Pada gangguan tersebut, sinyal yang berasal dari radio dan operator komunikasilah yang menyebabkan gangguan.

Sinyal-sinyal tersebut, masih kata Jefry, masuk ke dalam menara pengawas dan bahkan ruangan pilot. Bahkan tak jarang, ungkap Jefrey, ketika dirinya tengah mengendarai pesawat, banyak lagu-lagu bergenre jazz, pop, dan dangdut yang masuk ke dalam area komunikasi. "Bahkan ada phone sex yang bisa terdengar," ujarnya.

Menurut dia, yang menjadi penyebab terjadinya gangguan tersebut adalah karena banyaknya pemancar sinyal. Pemancar-pemancar tersebut, mampu mengalahkan sinyal komunikasi antara pesawat dan menara pengawas.

Selain itu, sinyal-sinyal dari frekuensi tersebut tidak memiliki filter. Karenanya, banyak sinyal yang diperkuat untuk persaingan usaha malah mengganggu jalannya penerbangan. "Ini yang banyak jadi keluhan pilot," kata Jefrey seraya menambahkan, sinyal telepon seluler sebenarnya jauh lebih aman ketimbang frekuensi-frekuensi tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement