Senin 14 May 2012 23:20 WIB

Tidur Kalong di Tebing demi Memburu Ekor Sukhoi

 Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, dan sejumlah elemen masyarakat menyusuri hutan untuk mengupayakan evakuasi korban pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jum'at (11/5).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, dan sejumlah elemen masyarakat menyusuri hutan untuk mengupayakan evakuasi korban pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jum'at (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sebanyak 13 prajurit Kopassus rela 'tidur kalong' --tidur di atas pohon-- di tebing lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Mereka berupaya mencapai ekor pesawat yang terjatuh di kedalaman sekitar 500 meter.

Hal tersebut diungkapkan prajurit Kopassus, Lettu Infanteri Taufik, yang didampingi Kepala Penerangan Kopassus, Letkol Infanteri Taufiq Shobri, di Lapangan Pasir Pogor, Cijeruk, Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Senin.

"Kita menggunakan 'sling' (tali tubuh) untuk mengikat tubuh ke pohon yang ada tebing itu," katanya.

Dalam waktu semalaman, tubuh mereka menggantung di tebing yang kemiringannya sekitar 80 derajat itu. Bahkan, prajurit korps pasukan khusus itu juga makan dan minum sambil menggantung di atas pohon. "Kita harus menghemat makanan dan minuman juga," katanya.

Sebelum mencapai lokasi tidur kalong itu, mereka harus melakukan teknik rappeling --menuruni tebing dengan menggunakan tali. Akhirnya, mereka mencapai lokasi ekor pesawat yang dalamnya sekitar 500 meter dari Puncak 1 gunung tersebut. "Sampai ke dasar jurang itu kira-kira dalamnya sekitar seribu meter lagi," katanya.

Untuk mencapai ekor pesawat itu, tali untuk rappeling harus beberapa kali disambung. "Untuk menyambung tali, itu memang memerlukan ketrampilan khusus," kata Taufiq Shobri.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement