REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- DPR meminta pemerintah untuk segera menemukan kotak hitam Pesawat Sukhoi SJ 100 yang hancur di Gunung Salak beberapa hari lalu. Kotak itu harus segera diamankan dan diperiksa oleh Pemerintah Indonesia.
"Kita harus segera mengungkap penyebab dibalik hancurnya pesawat tersebut," jelas Anggota Komisi Perhubungan DPR, Roem Kono, saat dihubungi, Selasa (15/5).
Penyebab kecelakaan nantinya akan menjadi pembelajaran dan evaluasi pemerintah agar jangan sampai terulang lagi. Pencegahan akan terjadinya kecelakaan bisa diminimalisir.
Selain itu, nantinya akan terungkap adakah yang disalahkan sehingga menjadi penyebab kecelakaan. Jika memang ada, kemudian patut dipersangkakan melanggar tindak pidana, maka harus diproses hukum. "Kalau masih hidup orangnya maka patut dimintai keterangan," papar Wakil Sekretaris Jenderal DPP Golkar ini.
Anggota Komisi Perhubungan lainnya, Marwan Ja'far, menyatakan kotak hitam itu harus diperiksa di Indonesia. Kotak tersebut harus dibuka kepada publik untuk menghilangkan syak wasangka terkait hancurnya Sukhoi hingga berkeping-keping. "Jangan sampai masyarakat dibiarkan menduga-duga sehingga berakhir kepada ketidakpastian," jelasnya.
Pasca kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di wilayah Gunung Salak, Bogor, black box atau kotak hitam belum juga ditemukan. Kotak yang dapat mengungkap misteri penyebab kecelakaan yang menewaskan 45 orang itu sudah jadi rebutan antara pemerintah Indonesia dan Rusia.?
Indonesia memiliki kepentingan terhadap isi kotak hitam, karena mayoritas korban adalah warga negara Indonesia. Sementara Rusia, berkepentingan untuk mengetahui mengapa pesawat buatannya itu bisa jatuh.
Ketua Sub Komite Penelitian Kecelakaan Transportasi (KNKT) Udara, Masruri, ?mengatakan, pihak Rusia telah meminta kotak hitam itu dianalisa di Rusia. Namun, hal tersebut ditolak karena bertentangan dengan regulasi internasional.
Menurut Masruri, ada dua kotak hitam yang berisi rekaman dan mesti didapatkan tim guna kepentingan investegasi. Yang pertama adalah Flight Data Recording (FDR) dan yang kedua adalah Cockpit Voice Recording (CVR).
Indonesia memiliki kepentingan terhadap isi kotak hitam, karena mayoritas korban adalah warga negara Indonesia. Sementara Rusia, berkepentingan untuk mengetahui mengapa pesawat buatannya itu bisa jatuh.