REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Wakil Presiden Myanmar yang memiliki hubungan dekat dengan mantan pemimpin penguasa Than Shwe menjadi biksu, kata pejabat pada Rabu (16/5). Tokoh itu dipercaya pengamat dapat memperkuat cengkeraman pembaru negara itu.
Tin Aung Myint Oo, yang dipandang sebagai tokoh penguasa garang, masuk biara pada 3 Mei, kata pejabat pemerintah Myanmar kepada kantor berita Prancis AFP. Pejabat tersebut tak merinci berapa lama ia berencana tinggal di sana.
Pejabat lain memastikan ia masih di biara tersebut. "Ia masih biarawan. Kami tidak tahu tentang undur dirinya," katanya. Pemerintah tetap diam tentang masalah tersebut.
Ketidak-hadiran tiba-tiba Tin Aung Myint Oo memicu dugaan bahwa ia mundur dan memunculkan pertanyaan mengenai apakah ia akan digantikan oleh yang lebih lunak.
Nicholas Farrelly, peneliti di Universitas Kebangsaan Australian, menyatakan Tin Aung Myint Oo, satu dari dua wakil presiden dan dipandang sebagai sekutu dekat orang kuat mantan penguasa Than Shwe, masih dapat kembali ke jabatannya. "Tapi, saya ragu. Saya pikir ia sudah mundur," katanya.
Jika ia mundur, kepergiannya menunjukkan bahwa anggota pendukung perubahan dari pemerintah menguat dalam kekuasaan, tambah Farrelly. Presiden Thein Sein, mantan jenderal, memelopori serangkaian perubahan besar sejak berkuasa pada tahun lalu sesudah berdasawarsa kekuasaan langsung tentara berakhir, yang mendorong Barat mulai mencabut hukuman.
Dalam hal undur dirinya, pengganti Tin Aung Myint Oo akan dipilih oleh tentara tak terpilih, yang memegang seperempat dari kursi parlemen, kata pengulas mandiri Richard Horsey. "Jika ia pergi, itu akan menjadi ujian sangat baik atas perasaan tentara terhadap perubahan," katanya.
Farrelly menyatakan presiden cenderung memiliki pengaruh atas pengangkatan itu, tapi menambahkan bahwa keadaan dapat memberi pengamat petunjuk tentang siapa di antara tentara anggota parlemen dan tokoh tentara berbicara tentang itu.
Tokoh terkemuka mantan penguasa memiliki peluang untuk jabatan itu, katanya, tapi ada kemungkinan Thein Sein benar-benar mengguncang perkiraan politik dengan pilihan lebih radikal. "Itu wilayah belum terpetakan, menurut saya," tambahnya.