REPUBLIKA.CO.ID, Dalam perkembangannya kemudian, masyarakat Cina juga sudah bisa membuat uang kertas. Bahkan, Marco Polo (1254-1324 M) ketika berkunjung ke Cina, tercengang melihat kemajuan yang dialami Cina.
Marco Polo menyebutkan, dalam beberapa lawatannya ke berbagai negara, orang menggunakan uang emas dan perak sebagai alat bayar dan pertukaran barang, bukan kertas. Ia kemudian menyelidiki cara pembuatannya.
Dan salah satu kota yang dikenal ketika itu untuk membuat uang kertas dalam mata uang Cina adalah Khanbalik. Kulit pohon mulberri dikupas (daunnya untuk makanan ulat sutra), dan dari situ diambil lapisan halus yang terletak di antara kulit kasar dengan batang pohonnya.
Lapisan halus itu direndam, kemudian ditumbuk dengan alu sampai menjadi semacam bubur (pulp). Lalu dibuat menjadi kertas serupa dengan pembuatan kapas, tetapi berwarna hitam.
Setelah siap, lalu dipotong-potong menurut berbagai ukuran dalam bentuk persegi empat panjang. Ukuran terkecil untuk nilai setengah tornesel, dan ukuran berikutnya senilai groat perak, yakni mata uang Venesia (Italia). Dan selanjutnya menjadi nilai satu, dua, tiga sampai sepuluh mata uang emas.
Masjid Pertama di Cina
Menurut Ibrahim Tien Ying Ma, masjid pertama kali yang dibangun di Cina adalah Masjid Kwang Tah Se. Kwang Tah Se berarti masjid dengan Menara Cemerlang, di daerah Chang-an (Kanton). Dinamakan demikian, karena menara masjidnya merupakan bangunan terbaik ketika itu. Dan ketika malam hari cahayanya sangat terang.
Dalam versi lain disebutkan, masjid itu bernama Huaisheng, atau Masjid Memorial. Konon, Masjid Kwang Tah Se dibangun oleh seorang sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash yang bernama Yusuf. Pendirian masjid ini diizinkan oleh kaisar yang berkuasa ketika Dinasti Tang, yaitu Kaisar Yong Hui (Yung Wei).
Ibrahim menyatakan, menara Masjid Kwang Tah Se di Kanton itu, selain dipakai untuk memanggil orang shalat (adzan), juga dipakai sebagai mercusuar oleh kapal-kapal yang berlayar memasuki Kanton. Sedangkan, jentera pada puncak atapnya dipergunakan untuk menunjukkan arah mata angin.
Profesor SM Fatimi, guru besar di Universitas Malaya, mengungkapkan, masjid dengan Menara Cemerlang di Kanton itu pembangunannya meniru masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW, yaitu Masjid Quba. Pernyataan ini juga dikukuhkan oleh Senator AD Alonto, yang juga melakukan penelitian tentang masjid tersebut.
Sedangkan, masjid lainnya yang dibangun di Kanton adalah Chee Lin Se, yang berarti masjid dengan Tanduk Satu. Masjid itu masih tetap berdiri hingga saat ini setelah 14 abad.