Selasa 29 May 2012 18:36 WIB

Istana: Buku Adnan Buyung Rugikan Presiden

Rep: Esthi Maharani/ Red: Heri Ruslan
Adnan Buyung Nasution
Adnan Buyung Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Buku 'Nasihat Untuk SBY' yang ditulis mantan anggota Wantimpres Adnan Buyung Nasution mendapatkan reaksi dari istana. Mensesneg, Sudi Silalahi, mengatakan, Presiden merasa dirugikan dengan buku tersebut.

“Terus terang, Presiden merasa dirugikan dalam hal ini,” katanya saat ditemui di Kantor Presiden, Selasa (29/5).

Ia juga menegaskan tidak semua saran dari Watimpres dijalankan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Tidak semua, mungkin ada satu dua apa pertimbangan yang mungkin menurut Presiden tidak dijalankan, itu ada alasannya,” katanya.

Hal itulah yang sempat terjadi ketika Adnan Buyung masih menjabat sebagai Watimpres beberapa waktu lalu. Ada pertimbangan darinya yang tidak dijalankan oleh Presiden. Misalnya menjelang wafatnya Soeharto.

”Saat detik-detik sebelum wafat, pak Buyung meminta supaya digelar perkaranya Pak Harto. Pantas gak dalam situasi seperti tiu menggelar perkara Pak Harto,” tanyanya.

Artinya, sebelum mengambil keputusan ataupun menerima saran dari Watimpres, Presiden pun punya banyak aspek yang dipertimbangkan. Ia menduga mungkin hal tersebut membekas di ingatan Adnan Buyung.

”Di saat-saat seperti itu, Pak Presiden punya pertimbangan yang cukup matang,” katanya.

Ia juga menyindir tindak tanduk Adnan Buyung saat masih menjabat sebagai anggota Watimpres. Ia mengkritik karena saran yang harusnya disampaikan terlebih dahulu kepada presiden justru disampaikan kepada wartawan. Padahal, Presiden belum diberitahu apapun mengenai pertimbangan yang sedang dibahas Adnan Buyung kala itu.

”Misalnya presiden minta, ”tolong saya diberi pertimbangan sesuatu” belum sampai ke presiden, beliau sudah gelar pers sudah ramai ke mana-mana,” katanya.

Menurutnya, untuk memberitahukan kepada publik lewat koridor Watimpres pun tetap ada tata krama dan etikanya. Apalagi, tak sedikit pertimbangan perseorangan ataupun dewan dari Watimpres yang diterima dan dijalankan presiden.

“Kalau tidak dijalankan, tentu ada alasan presiden tidak menjalankannya. Presiden juga mendiskusikannya dalam sidang cabinet. Tidak serta merta menjalankan pertimbangan itu atau seperti apa yang layak dan tidak,” katanya.

 Seperti diberitakan sebelumnya, pada Jumat (25/5) lalu, Buyung meluncurkan buku berjudul 'Nasihat untuk SBY'. Buku setebal 310 halaman itu menceritakan pengalaman pria berambut putih itu selama menjadi Wantimpres pada tahun 2007-2009.

Salah satu nasihat yang disampaikan Buyung adalah mengenai polemik anugerah pahlawan bagi Soeharto. Buyung memberi saran bahwa Soeharto tidak bisa diangkat menjadi pahlawan nasional karena disebutkan penguasa orde baru itu orang yang melegitimasi merajalelanya korupsi. Saat itu, Buyung mengaku sulit bertemu SBY.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement