REPUBLIKA.CO.ID, PALU - Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Dewa Parsana mengaku telah memerintahkan Kapolres Morowali untuk mengusut tuntas kasus pengeroyokan wartawan Harian Kompas Jakarta dan Harian Mercusuar Palu saat meliput antrean pengisian BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Bungku, Selasa (29/5) petang.
"Polisi sudah memeriksa empat orang saksi. Namun, belum ada tersangka karena pelakunya masih dicari," kata Kapolda Dewa Parsana yang dihubungi melalui telepon genggam di Palu, Selasa malam.
Kapolda mengatakan bahwa kedua wartawan telah melaporkan kejadian yang menimpa mereka ke Polsek Bungku dan mereka telah menjalani visum. "Saya sudah perintahkan agar kasus ini ditangani secara tuntas sesuai dengan ketentuan yang ada," ujar Kapolda.
Wartawan Harian Kompas Reny Sri Ayu Taslim dan wartawan Harian Mercusuar Mochtar Mahyudin dipukul oleh sejumlah warga di Kota Bungku, Ibu Kota Kabupaten Morowali, saat meliput antrean pengisian BBM di SPBU.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu, Ridwan Lapasere, mengatakan bahwa Moechtar dikeroyok oleh massa di SPBU Bungku sekitar pukul 16.05 WITA saat keduanya sedang meliput antrean di SPBU. Akibat pemukulan itu, Mochtar mengalami memar di bagian rahang sedangkan Reny mengaku muntah dan mual-mual setelah dipukul di nagian perut.
Reny dan Mochtar yang sedang bertugas di Bungku mampir ke sebuah SPBU untuk mengambil gambar dan mewawancarai masyarakat yang sedang antre membeli BBM. Pada saat itu, banyak warga juga membawa jeriken.
"Saya dan Mochtar bergantian mengambil gambar dan mewawancarai warga yang antre. Namun, tiba-tiba saya lihat Mochtar sudah dikeroyok orang. Saya dan polisi mencoba melerai. Namun, tiba-tiba ada massa yang sedang beringas itu berkata, ini (Reny, red.) juga temannya, sehingga saya kemudian dipukul di bagian perut," ujar Reny.
Reny mengaku tidak tahu persis mengapa warga tiba-tiba menyerang mereka, padahal sebelumnya saat diwawancarai mereka biasa-biasa saja.
Namun, dia menduga ada yang merasa terganggu atas liputan mereka karena antrean pengisian BBM dengan menggunakan jeriken itu karena diduga melibatkan perusahaan tambang yang banyak beroperasi di wilayah Bungku.
Ketua AJI Palu Ridwan Lapasere mengecam pengeroyokan wartawan yang sedang melakukan tugas itu, dan berharap polisi segera menangkap pelaku dan mengungkap motif penganiayaan tersebut.