Rabu 30 May 2012 18:17 WIB

Erdogan Kesal Angka Aborsi Turki Meningkat

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
Recep Tayyip Erdogan
Foto: Burhan Ozbilici/AP
Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Perdana Menteri Turki, Reccep Tayip Erdogan menyesalkan tingginya angka aborsi di negaranya. Ia mengatakan aborsi merupakan pembunuhan dalam praktik konspirasi untuk mengekang pertumbuhan ekonomi Turki.

"Anda membunuh bayi dalam rahim, atau anda membunuhnya setelah kelahiran ada perbedaan," kata dia saat berbicara dihadapan kongres partai AKP seperti dikutip dari onislam.net, Rabu (29/5).

Kritik Erdogan ini muncul setelah mengetahui data terbaru menyebutkan angka kasus aborsi di Turki mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 silam, angka kasus aborsi mencapai 60.000, setahun kemudian menjadi 70.000 kasus aborsi.

Kepala Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) parlemen, Ayhan Safer Ustun, mengatakan aborsi merupakan bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan. "Merampas hak hidup bayi yang belum lahir lalu mengatakan untuk mencabut hak itu karena dalam periode tertentu kehamilan, masyarakat kita ini benar-benar berkhayal," kata dia.

Mendukung pandangan Erdogan, Ustun mengatakan bahwa aborsi adalah praktek yang 'harus dilarang'. "Ia menyatakan larangan aborsi akan menjadi agenda khusus pembahasan parlemen Turki pada hari-hari mendatang," katanya menegaskan.

Sementara para ulama, sepakat bahwa setelah janin terbentuk dan diberi jiwa, maka praktik aborsi adalah haram dan termasuk kejahatan. Namun, ulama memperbolehkan praktik aborsi dengan alasan tertentu.

Menteri Keluarga dan Kebijakan Sosial Fatma Sahin menilai kehamilan yang tidak diinginkan bisa dihindari dengan metode keluarga berencana. "Adalah hak setiap keluarga untuk merencanakan jumlah anak yang ingin mereka miliki," kata dia.

Sahin pun mendudukng kritik Erdogan mengingat angka kelahiran cesar mencapai setengah dari jumlah kelahiran. "WHO mengatakan angka kelahiran secara ceasar suatu negara tidak boleh melebihi 12-20 persen. Jika anda melihat Eropa, mereka tidak mencapai 20 persen," katanya.

Di sisi lain, para aktivis perempuan mengkritik balik pernyataan Erdogan. Mereka merasa bahwa masalah individu terlalu dipolitisasi. "Ini merupakan upaya mengubah Turki, komentar anggota Komisi Hak Asasi Manusia (HAM), Sezgin Tanrikulu.

Asosiasi Medis Turki (TTB) juga mengkritik pernyataan Erdogan Menurut mereka, yang dimaksud dengan penindasan terhadap perempuan adalah memutuskan berapa banyak dari mereka yang melahirkan dan bagaimana mereka melakukannya.

"Mendorong perempuan untuk memiliki setidaknya tiga anak lalu mencabut hak aborsi adalah cara untuk mengunci perempuan dalam rumah," demikian pernyataan resmi TTB.

Presiden Federasi Asosiasi Perempuan, Canan Gullu mengatak kuat indikasi adanya usaha mengubah haluan Turki untuk menyerang perempuan. "Ini kesalahan besar. Seharusnya PM berbicara tentang masalah perempuan termasuk masalah pengangguran, kekerasan rumah tangga dan lainnya bukan aborsi atau ceasar," ketusnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement