Rabu 13 Jun 2012 03:11 WIB

Pasukan Suriah Gunakan Anak Sebagai Tameng

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Dewi Mardiani
 Unjuk rasa mengutuk aksi pembantaian penduduk sipil Houla, yang dilakukan oleh warga Suriah yang tinggal di Tripoli,Lebanon, Sabtu (3/6).
Foto: AP
Unjuk rasa mengutuk aksi pembantaian penduduk sipil Houla, yang dilakukan oleh warga Suriah yang tinggal di Tripoli,Lebanon, Sabtu (3/6).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- PBB melaporkan paukan Suriah menyiksa anak-anak dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia untuk mencegah serangan oposisi, Selasa (12/6). Wakil Khusus PBB untuk Anak dan Konflik Bersenjata, Radhika Coomaraswamy, mengatakan anak-anak disiksa dalam tahanan dan jadi korban pembantaian. Laporan juga mengatakan pasukan pemberontak menggunakan anak-anak di garis depan.

Secara terpisah, AS menuduh Suriah merencanakan pembantaian lain. Sedangkan, Sekretaris Jenderal PBB mengutuk kekerasan yang meningkat.

Coomaraswamy mengatakan kepada BBC, timnya telah kembali dari Suriah dengan laporan yang mengerikan. Dia mengatakan belum pernah melihat situasi dimana anak-anak tidak luput, bahkan menjadi target dalam suatu konflik. "Banyak mantan tentara berbicara tentang penembakan di daerah sipil, melihat anak-anak yang tewas dan cacat. Kami juga mendengar anak-anak ditempatkan di depan tank sehingga tank tidak akan ditembaki," katanya.

Dia juga mengkritik oposisi Tentara Pembebasan Suriah karena membahayakan anak-anak. Menurutnya, penderitaan yang dialami anak-anak Suriah tidak biasa, bahkan dalam situasi perang. "Untuk pertama kalinya kami mendengar anak-anak direkrut oleh Tentara Pembebasan Suriah, terutama dalam pekerjaan berorientasi medis dan pelayanan di garis depan," ujarnya.

Dia dan timnya sangat terkejut. Pembunuhan dan anak-anak yang terluka adalah hal yang ditemui dalam banyak konflik. Namun, menyiksa anak-anak berusia 10 tahun di tahanan sangat luar biasa dan belum pernah mereka temui di tempat lain.

Laporan tahunan PBB mengenai anak-anak dan konflik bersenjata mengutip satu serangan terhadap desa Ayn l'Arouz di Provinsi Idlib pada 9 Maret. Seorang saksi mata mengatakan sejumlah anak-anak diambil secara paksa dari rumah mereka dan digunakan oleh tentara dan anggota milisi sebagai perisai manusia.

Anak-anak ditempatkan di depan jendela bus yang membawa personil militer yang akan menyerang sebuah desa. Anak-anak lain dipukuli, ditutup matanya, mengalami stres berat, dicambuk dengan kabel listrik berat, terluka oleh luka bakar rokok dan dalam satu kasus mengalami kejutan listrik selama interogasi, kata laporan itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement