REPUBLIKA.CO.ID, Israel mengerahkan tank di perbatasan selatan Mesir di tengah berlangsungnya penghitungan suara pilpres Negeri Piramida itu. Dua tank Israel terlihat bergerak ke arah pagar perbatasan pada Senin (18/6). Berdasarkan perjanjian Camp David, Mesir dan Israel diwajibkan untuk menjaga area demiliterisasi tersebut.
Langkah itu diambil Tel Aviv hanya beberapa jam setelah seorang pria Israel tewas dalam serangan lintas-perbatasan. Insiden itu terjadi tidak lama setelah Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza yang menewaskan dua warga Palestina.
Sementara itu, Moshe Yaalon, Deputi Perdana Menteri Rezim Zionis menuntut Tel Aviv untuk meninjau kembali hubungannya dengan Kairo, khususnya hubungan militer dan keamanan jika Mursi memenangkan pemilu.
Perkembangan pilpres di Mesir menjadi perhatian utama media dan politisi Israel. Para analis politik Israel sangat mengkhawatirkan naiknya kandidat presiden dari kubu Islam sebagai pemenang.
Shaul Monash, seorang analis Israel mengatakan, "Muhammad Mursi menyatakan akan menerapkan syariat Islam di Mesir, dan menganggap Israel sebagai musuh serta menuntut kembalinya al-Quds." Ditambahkannya, Mursi juga menginginkan terbentuknya pemerintahan Palestina.
Pada Senin (18/6) seorang anggota Komisi Pemilu Mesir mengkonfirmasikan bahwa calon Ikhwanul Muslimin Muhammad Mursi memimpin di putaran kedua pilpres negara ini.
Ikhwanul Muslimin menyatakan kemenangan Mursi atas mantan perdana menteri terakhir era Mubarak, Ahmad Shafiq, pada hari kedua pemungutan suara sementara. Para pejabat Ikhwanul Muslimin menegaskan bahwa Mursi meraih 52,5 persen suara yang telah dihitung. Hasil penghitungan suara resmi diperkirakan tidak akan dirilis sampai 21 Juni.
Muhammad Mursi, kandidat presiden dari Ikhwanul Muslimin menilai masalah Palestina sebagai isu pokok untuk presiden mendatang dan menekankan bahwa pihaknya tidak akan berkunjung ke Israel dan juga tidak akan menyambut kunjungan para pejabat Zionis ke Mesir. Mursi juga menyatakan akan membatalkan perjanjian Camp David, jika dirinya terpilih sebagai presiden.
Kesepakatan Camp David ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin pada tanggal 17 September 1978, setelah tiga belas hari dari perundingan rahasia di Camp David, Washington DC.
Kesepakatan itu terdiri dari dua perjanjian, yaitu kerangka kerja untuk perdamaian di Timur Tengah, dan Kerangka kerja untuk Perjanjian Perdamaian antara Mesir dan Israel. Perjanjian yang terakhir menyebabkan penandatanganan Perjanjian Perdamaian Israel-Mesir pada tahun 1979 yang juga digelar di Amerika Serikat.