Selasa 19 Jun 2012 20:59 WIB

Sultan Alp Arslan, Pemimpin yang Cinta Rakyat (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Sultan Alp Arslan (ilustrasi).
Foto: yenile.org
Sultan Alp Arslan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, ''Sultan yang Berilmu''. Begitulah Alab (Allepo) Arsalan, Sultan Daulah Bani Seljuk itu biasa dijuluki.

Dunia Barat biasa menyebut sang sultan dengan julukan Alp Arslan, yang berarti ''Singa yang Gagah Berani''. Sultan Alp Arslan adalah cucu pendiri Dinasti Seljuk, Seljuk Beik, yang memeluk Islam mulai abad ke-10 M.

Sejatinya, ia bernama lengkap Muhammad bin Daud Ja'fari Beik bin Mikhail bin Saljuk At-Turki. Sultan Alp Arslan terlahir pada 425 Hijriyah, bertepatan dengan 1029 M.

Ia memulai kariernya sebagai pemimpin rakyat, ketika menggantikan ayahnya, Chagri Begh, sebagai Gubernur Khurasan pada 1059 M.

Ketika pamannya, Thugril Beik, wafat, Alp Arslan naik tahta sebagai Sultan Seljuk. Ia resmi menyandang gelar Sultan pada 27 April 1064 M. Jabatan Gubernur Khurasan diserahkan kepada saudaranya, Suleiman.

Sultan Alp Arslan dikaruniai tujuh orang putra dan dua putri. Kelak, tahta Kesultanan Seljuk yang didudukinya diwariskan kepada salah seorang putranya bernama Malik Shah I.

Sultan Alp Arslan memimpin Kesultanan Seljuk dengan gemilang. Dinasti Seljuk menjelma menjadi sebuah kekuatan yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Kekuatan militer Dinasti Seljuk begitu perkasa, sehingga tak ada kerajaan lain yang mampu menandinginya pada zaman itu. Kekuatan utama Dinasti Seljuk memang berada pada bidang militer.

Semasa memerintah, Sultan Alp Arslan dikenal sebagai seorang pemimpin yang berani serta memiliki kecakapan dalam militer dan keterampilan bertempur. Dalam mengonsolidasikan Kesultanan Seljuk dan melumpuhkan perlawanan yang datang dari berbagai kelompok di dalam negeri, ia dibantu Perdana Menteri Nizam Al-Mulk.

Nizam Al-Mulk merupakan salah seorang negarawan yang paling terkemuka di awal sejarah Islam. Sang perdana menteri juga berjasa dalam mendirikan lembaga administrasi yang menangani masalah pajak yang dipungut dari kalangan pengusaha, pedagang, serta daerah taklukannya.

Sejarah peradaban Islam mencatat, Sultan Alp Arslan sebagai pemimpin yang sangat adil, dermawan, penuh dengan belas kasihan terhadap rakyat dan orang-orang fakir. Ia layak ditiru para pemimpin Islam di era modern ini. Betapa tidak. Ia begitu peduli pada nasib orang-orang miskin. Ia senantiasa menyedekahkan harta yang dimilikinya.

Setiap bulan Ramadhan, Sultan Alp Arslan menyedekahkan sekitar 15 ribu dinar (koin emas) khusus untuk fakir miskin. Ia dikenal sebagai pemimpin yang prorakyat. Uang pajak yang berhasil dihimpun pemerintahan Seljuk tak digunakan untuk memperkaya diri.

Uang rakyat itu dia gunakan membiayai lahan-lahan pertanian, membayar gaji tentara, menyediakan makanan yang cukup bagi seluruh rakyatnya, serta membiayai perang guna memperluas wilayah kekuasaan Kesultanan Seljuk.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement