REPUBLIKA.CO.ID, Tak hanya mendiskusikan masalah-masalah kemasyarakatan yang muncul, kelompok ini juga menggalang kaum intelektual dari tokoh-tokoh pergerakan di Indonesia.
Karena sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresivitas berpikir dan bertindak, akhirnya kelompok diskusi ini menjadi forum pengkaderan bagi kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.
Bersamaan dengan itu, dari rumahnya di Kertopaten, Surabaya, Kiai Wahab bersama KH Mas Mansur menghimpun sejumlah ulama dalam organisasi Nahdlatul Wathan yang mendapatkan kedudukan badan hukumnya pada 1916. Dari organisasi inilah KH Wahab mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari ulama pesantren yang sepaham dengan pemikirannya.
Di antara ulama yang berhimpun itu adalah Kiai Bisri Syamsuri (dari Denanyar Jombang), Kiai Abdul Halim (Leimunding Cirebon), KH Alwi Abdul Aziz, Kiai Ma'shum (Lasem), dan Kiai Cholil (Kasingan Rembang). Sementara di kalangan pemudanya disediakan wadah, Syubban Al-Wathan (Pemuda Tanah Air).
Kebebasan berpikir dan berpendapat yang dipelopori Kiai Wahab dengan membentuk Tashwirul Afkar merupakan warisan terpenting bagi kaum Muslim Indonesia.
Ia telah mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat dapat dijalankan dalam nuansa keberagamaan yang kental.
Prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat tidak akan mengurangi roh spiritualitas umat beragama dan kadar keimanan seorang Muslim. Dengan prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat, kaum Muslim justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan pisau analisis keislaman.
Pada 1920, Kiai Wahab bersama dengan Dr Soetomo merintis terbentuknya Islam Studie Club. Melalui Islam Studie Club, kedua tokoh pergerakan ini merintis sebuah gerakan yang kelak menjadi cikal bakal munculnya pemikiran yang memberikan arah bagi kerja sama antara kekuatan Islam dan Nasionalis menuju terciptanya tatanan masyarakat maju dan modern tanpa mengenyampingkan nilai-nilai keagamaan. Ini merupakan sumbangan terbesar yang diberikan seorang ulama kepada bangsa.
Melalui Tashwirul Afkar, Nahdlatul Wathan dan Syubban Al-Wathan, maupun Islam Studie Club, solidaritas di kalangan kaum pergerakan dan tokoh keagamaan kian memuncak. Hal ini menimbulkan dampak makin bergeloranya semangat cinta Tanah Air di kalangan pemuda.