Selasa 26 Jun 2012 03:13 WIB

Presiden Sudan Bantah Terjadi Arab Spring

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Dewi Mardiani
Presiden Sudan Omar Hassan Al-Bashir.
Foto: guardian.co.uk
Presiden Sudan Omar Hassan Al-Bashir.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Presiden Sudan, Omar al-Bashir, membantah unjuk rasa sembilan hari menentang tingginya harga bukanlah bentuk dari Arab Spring di negaranya. "Orang-orang yang membakar ban jumlahnya hanya segelintir dan mereka memprovokasi untuk berkelahi," ujarnya di hadapan sekitar 1.000 pelajar Sudan, seperti dilansir oleh AFP, akhir pekan lalu.

Dia menganggap protes tersebut didalangi seseorang di negaranya. Demonstrasi antirezim terus meluas sejak Bashir mengumumkan kebijakan penghematan pada 18 Juni. Kebijakan tersebut, termasuk kenaikan pajak dan penghapusan subsidi BBM untuk menopang keuangan negara yang jatuh.

Menurut Bashir, langkah ekonomi tersebut merupakan kesempatan bagi Arab Spring di Sudan. Namun, katanya, Arab Spring di Sudan telah terjadi beberapa kali.

Pada 1964, sebuah protes menyebabkan mobilisasi massa untuk menggulingkan kediktatoran militer yang kemudian berkuasa. Bashir mengatakan dirinya masih populer. Ia mengatakan, ia berkeliling di Khartoum dengan mobil terbuka, Jumat, saat penduduk dari berbagai kota terlibat bentrok dengan polisi. Massa mengecam rezim dan harga pangan yang tinggi.

Protes atas kenaikan harga dimulai dengan unjuk rasa mahasiswa di luar Universitas Khartoum. Aksi mereka meluas saat penduduk lintas bagian ambil bagian di berbagai lokasi di seluruh ibukota dan beberapa bagian lain di Sudan.

Pada Ahad, pengacara yang menentang harga pangan tinggi turun ke jalan dekat gedung pengadilan di al-Obeid, ibukota negara bagian Kordofan Utara. Saksi mata mengatakan, sejumlah orang ditangkap.

Bashir, seorang perwira militer yang merebut kekuasaan pada 30 Juni 1989, mampu bertahan dari aksi protes serupa pada 1994. Meskipun kecil, protes saat ini berlangsung terus-menerus lebih dari satu pekan.

Aliansi pemberontak yang dikenal sebagai Front Revolusioner Sudan mengeluarkan pernyataan, Ahad, yang memuji demonstrasi dan mengatakan pemberontak siap menyatakan gencatan senjata strategis jika Bashir digulingkan. Aliansi ini dibentuk satu tahun lalu dan mencakup kelompok pemberontak utama Sudan. Tiga faksi pemberontak Darfur, Kordofan Selatan dan negara Blue Nile yang berbatasan dengan Sudan Selatan bergabung di sini.

sumber : Reuters/AFP/Alarabiya
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement