Sabtu 30 Jun 2012 03:58 WIB

Klaus Zumwinkel, Mengubah Birokratif Jadi Kompetitif

Klaus Zumwinkel
Foto: ap
Klaus Zumwinkel

REPUBLIKA.CO.ID,Mengubah budaya kerja tak semudah membalik telapak tangan. Apalagi jika yang dihadapi adalah pegawai yang terbiasa bekerja santai, tidak punya tanggung jawab moral, namun mengantongi gaji setiap bulan.

Itulah yang dihadapi Klaus Zumwinkel ketika bergabung dengan Deutsche Post (DP) pada  1990, saat negara menjadi satu-satunya pemilik saham. Tapi dengan perubahan besar-besaran di sana-sini, saat diprivatisasi pada 1995, DP menjadi salah satu perusahaan pencetak laba terbesar di dunia.

Lelaki kelahiran 1943 ini memulai karir ketika sudah meraih gelar akademik yang matang. Setelah lulus dari Universitas Muenster tahun 1969, Zumwinkel melanjutkan studi bisnis ke Universitas Pennsylvania dan meraih gelar MBA. Ia kembali ke Muenster dan meraih gelar doktor di bidang ilmu politik tahun 1973.

Ia kemudian bekerja sebagai konsultan keuangan di McKinsey and Company.  Lima tahun kemudian ia menjadi CEO Quelle, perusahaan layanan antar via pos terbesar di Jerman yang juga salah satu klien McKinsey. Pada 1989 ia mengundurkan diri dan menjadi CEO DP, kantor pos milik negara.

Ketika Zumwinkel menduduki jabatan tertinggi DP di tahun 1990, ia melihat kondisi perusahaan yang carut-marut. Karyawan bekerja seenaknya lantaran merasa sudah mendapat jaminan dari pemerintah. Akhirnya mereka tidak profesional. Surat dalam negeri saja tiba dalam waktu empat hari. Perusahaan merugi setidaknya 400 juta dolar setahun.

Selama satu dekade, ia mentransformasikan DP dari perusahaan yang tidak menarik dan birokratif menjadi perusahaan pencetak laba. Tahun 2000 ia berhasil memposisikan perusahaannya sebagai kompetitor United Parcel Service (UPS). Kapitalisasi pasarnya melampaui UPS dengan 67,4 miliar dolar AS, terbesar untuk perusahaan pos dan pendistribusian paket di seluruh dunia.

Memang bukan hal mudah melakukannya. Awalnya, ia menutup lebih dari 1.000 depot pos dan menggantinya dengan 83 pusat sortir berteknologi. Ia juga memberhentikan 16 ribu dari 30 ribu kantor pos ritel dan berarti mem-PHK 100 ribu pekerja.

Tak hanya itu. Ia juga melebarkan sayap dengan mengakuisisi perusahaan pendistribusi di Eropa, Asia, serta AS. Saat ini setidaknya DP memiliki saham di 30 perusahaan termasuk European Country, Air Express International, dan Global Mail di AS. Maret 1998 Zumwinkel mengeluarkan kurang lebih 700 juta dolar untuk membeli 25 persen DHL International, perusahaan pengangkut barang lewat udara yang berbasis di Bermuda. DP kemudian mengambil alih semua saham DHL. Tahun 2002 Zumwinkel mengeksplorasi kemungkinan ekspansi ke dua negara bertumbuh pesat, Cina dan India.  

sumber : persona
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement