Sabtu 30 Jun 2012 07:31 WIB

Insya Allah, Tak Lama Lagi Palestina Merdeka

 Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh memegang bendera Palestina dan Mesir dengan latar belakang poster presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi di Gaza, Palestina.
Foto: Hatem Moussa/AP
Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh memegang bendera Palestina dan Mesir dengan latar belakang poster presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi di Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, Tak berlebihan bila disebutkan kehadiran Mohammed Mursi sebagai presiden baru Mesir menjadi kabar baik dan harapan untuk rakyat Palestina.

Penasihat Aqsa Working Group, Yakhsyallah Mansur, mengatakan kemenangan Mursi sangat berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan Palestina berdasarkan faktor sejarah. 

"Kalau benar-benar kemenangan ini berasal dari rakyat, maka Insya Allah kemerdekaan Palestina tidak akan lama lagi," ujar Yakhsyallah.

Masyarakat Indonesia, kata Yakhsyallah, akan terus membantu terwujudnya kemerdekaan Palestina. Hubungan antara Indonesia dan Palestina sudah terjalin sejak lama.

Mufti Palestina Syekh Muhammad Amin Al Husaini pada 1944 mendukung kemerdekaan Indonesia, meskipun pada saat itu kemerdekaan belum diproklamirkan.

Syekh Muhammad Amin Al Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi "Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia" dan memberi dukungan penuh.

Oleh karena itu, Indonesia akan memprakarsai Konferensi Pembebasan Palestina di Bandung pada 4-5 Juli mendatang.

Yakhsyallah menjelaskan konferensi tersebut merupakan bentuk dukungan masyarakat Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina karena satu-satunya negara peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) yang belum merdeka. "Perjuangan yang dilakukan bersih dari politik. Ini semata gerakan kemanusian, karena apa yang dilakukan oleh Israel tidak manusiawi," katanya.

Dukungan yang diberikan tidak melalui jalan seperti berperang. Namun, bisa melalui berbagai cara, misalnya, kerja sama pendidikan dan budaya.

"Kami telah melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi. Ada dua tenaga pengajar Palestina yang mengajar di tempat kami, dan ada juga mahasiswa Indonesia yang belajar di Palestina," kata Yakhsyallah menambahkan.

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi mengatakan bahwa apa yang terjadi di negaranya adalah jelas-jelas pendudukan oleh Israel.

Mehdawi mengatakan Palestina sudah mempunyai pemerintahan sendiri, parlemen, universitas, dan rakyat. "Saya sangat yakin, kemerdekaan itu semakin dekat dan dalam waktu dekat, rakyat Palestina akan merayakan kemerdekaannya," kata Dubes Mehdawi.

Merupakan hal yang wajar, kata Mehdawi, jika sebuah perjuangan untuk kemerdekaan memerlukan waktu. Layaknya Indonesia yang berjuang lebih dari 300 tahun untuk kemerdekaan.

"Apa yang kami inginkan saat ini, adalah bebas dari pendudukan militer, agar generasi muda bisa ke sekolah dan beribadah dengan tenang ke Masjid Al Aqsa," kata Mehdawi.

Dia juga berpendapat, masyarakat Palestina memerlukan dukungan dari rakyat Indonesia. Tidak dengan memberikan bantuan, namun dengan menggerakkan perekonomian di negara itu.

"Berbicara itu penting, tapi yang lebih penting adalah aksi nyata. Misalnya dengan datang ke Palestina untuk berwisata, maka hotel, restoran, dan kehidupan ekonomi di sana akan terus menggeliat," ujar Mehdawi.

Palestina adalah satu-satunya dari 106 negara anggota yang hadir dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang belum merdeka.

Pada tahun lalu, Palestina meraih kemenangan diplomatik pertama dalam perjuangan memperoleh pengakuan sebagai negara pada saat komite pelaksana UNESCO mendukung usahanya untuk menjadi anggota.

Pengakuan itu menjadi angin segar bagi rakyat Palestina, yang merindukan kemerdekaan sejak kependudukan Israel lebih dari 40 tahun yang lalu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement