REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- PJT II Jatiluhur mengeklaim kehilangan (lost) air irigasi sampai 70 persen. Air yang hilang tersebut, sebagian besar akibat rembesan (kebocoran) dan penguapan. Karena itu, sangat wajar bila di musim kemarau ini suplai air dari hulu ke hilir kurang.
Direktur Pengelolaan Air PJT II Jatiluhur, Herman Idrus, mengatakan, tak hanya di saluran irigasi, kehilangan air juga terjadi di petakan sawah. Bahkan, saat musim kemarau ini potensi lost sangat tinggi ketimbang pemanfaatan airnya. Perbandingannya, 70 persen air hilang dan 30 persen bisa dimanfaatkan oleh tanaman padi. "Untuk itu, perlu pemikiran bijak petani untuk menggunakan air," kata Herman, Rabu (4/7).
Untuk menyiasati supaya tidak banyak air yang hilang, pihaknya melakukan cara penghematan kebutuhan air. Herman mencontohkan, petani bisa mengurangi volume air yang masuk ke petakan sawah. Biasanya, air yang menggenangi sawah sekitar 17 sentimeter, maka saat ini harus dikurangi.
Bahkan, kata dia, disarankan untuk dikeringkan. Maksudnya, tingkat kebasahan tanahnya sedikit saja alias sebatas gembur. Dengan penghematan ini, maka airnya hilang bisa dikurangi. Tak hanya itu, air tersebut bisa diberikan kepada petani lainnya yang hendak mengolah sawah.
Bagi PJT II sebagai operator air, lanjut Herman, langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menghemat air dengan cara menggilir air. Seperti, untuk kebutuhan golongan air satu dijadwalkan airnya hanya sebulan setelah itu dihentikan. Kemudian, dialihkan ke golongan selanjutnya. Sampai seluruh golongan bisa menikmati air.
"Cara tersebut, sangat efektif untuk menekan kehilangan air. Sehingga, semua petani bisa kebagian air saat kemarau," jelasnya.
Sebenarnya, kata Herman, pasokan air yang digelontorkan PJT II sudah sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, saat kemarau ini volumenya ditambah. Air yang digelontorkan mencapai 187 meter kubik per detik. Dengan rincian, yang digelontorkan ke Tarum Timur sebanyak 55 meter kubik per detik. Ke Tarum Barat 51 meter kubik per detik. Sisanya, 81 meter kubik per detik digelontorkan ke Tarum Tengah.
Aliran air melalui Tarum Timur, untuk keperluan irigasi di wilayah Subang dan Indramayu. Tarum Barat, untuk kepentingan air baku dan irigasi (pertanian) di Bekasi dan Jakarta. Sedangkan Tarum Utara, khusus untuk keperluan irigasi Karawang dan sedikit di wilayah Subang.