Jumat 06 Jul 2012 15:55 WIB

Petani Tembakau tak Punya Alternatif Selain Rokok

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Hafidz Muftisany
Petani tembakau sedang membawa hasil panen tembakaunya.
Foto: www.sudarisman.multiply.com
Petani tembakau sedang membawa hasil panen tembakaunya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Petani tembakau belum memiliki alternatif produk lain kecuali rokok. Wakil Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Temakau Indonesia (AMTI) Budidoyo mengatakan selama ini 90 persen daun tembakau disuplai untuk industri rokok.

"Kalau ada produk lain selain rokok pasti posisi tawar petani tentu lebih baik," ujar Budidoyo, Jumat (6/7).

Namun, ia mengatakan sampai sejauh ini pemerintah tidak memiliki alternatif industri dengan bahan dasar tembakau. Menurutnya, pemerintah dan swasta harus melakukan penelitian yang lebih jauh agar ada pengolahan tembakau secara masif untuk produk non rokok.

Ia mencontohkan, sejumlah kecil daun tembakau diambil ekstraknya untuk diolah menjadi kosmetik. Tapi pengolahan kosmetik membutuhkan teknologi yang tinggi sedangkan kemampuan petani Indonesia belum mampu.

Terkait RPP Tembakau, AMTI mendukung pemerintah mengatur urusan pertembakauan. Menurutnya, RPP diperlukan untuk menjaga agar anak-anak tidak merokok di usia mereka yang masih muda.

Namun, dalam pembahasan RPP, AMTI meminta agar pemerintah tidak hanya memperhatikan dari sisi kesehatan saja. AMTI berkeinginan pemerintah juga bisa memfasilitasi kepentingan petani agar tetap bisa melakukan usaha.

"Kami mendukung pemerintah terapkan RPP sepanjang berimbang bagi kepentingan pabrikan produk tembakau, petani dan perokok dewasa," kata Budidoyo.

Kepala departemen advokasi AMTI Soeseno mengatakan pasar tembakau sekalin industri rokok sampai saat ini belum terbentuk. Menjual tembakau kepada industri rokok, kata dia merupakan posisi aman agar petani masih bisa hidup.

"Untuk diversifikasi produk, belum ada marketnya. Teknologi kita juga belum sampai," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement