REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Rencana pemerintah menaikkan tarif Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line menuai tanggapan negatif dari warga Bogor yang memenuhi stasiun kota Bogor. Mereka meminta agar tarif KRL Commuter Line tidak naik. Terlebih lagi, untuk mendapatkan KRL ekonomi, para pengguna kereta menemui kesulitan.
Niko Afan (22 tahun) , warga Gang Baru, Kota Bogor, Selasa (10/7) siang, mengaku keberatan bila tarif KRL dinaikkan. Karena baginya, yang terpenting kereta tepat waktu, urusan nyaman itu bisa ia kesampingkan. “Tolonglah pemerintah jangan dinaikkan,” pintanya
Hal serupa disampaikan Tantan (36 tahun), warga Sukasari kecamatan Bogor Timur, kota Bogor. Ia mengaku kesulitan mendapatkan kereta Ekonomi yang biayanya terjangkau. Oleh karenanya ia mengaku harus menaiki KRL yang lebih mahal untuk pergi ke tempat kerjanya. Apalagi menurutnya, kereta Ekonomi selalu terlambat datang dan jarang pula. “Kita seperti dipaksa naik KRL yang mahal."
Sementara itu di tempat yang sama, Wakil Kepala Stasiun Bogor Enjang Syarif Budiman,mengatakan, sampai saat ini semua masih dalam tahap kajian. “Sekali lagi saya tekankan, aspirasi masyarakat akan segera disampaikan pada manajemen,” ujarnya. Menurutnya, semua kebijakan yang dilakukan oleh PT KAI pangkalnya adalah memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.
Menanggapi jarangnya kereta Ekonomi muncul, Enjang mengaku PT KAI memang melakukan pembatasan untuk gerbong kereta Ekonomi. Ia berkata, pengalihan pada KRL adalah semata-mata usaha untuk memanusiakan penumpang.
“Kenyamanan akan didapatkan oleh penumpang di KRL, sedangkan gerbong ekonomi sudah semakin uzur dan tak bisa memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakat,” ucapnya.