Kamis 12 Jul 2012 23:15 WIB

JPU Tolak Keberatan Kuasa Hukum Dhana

Rep: Asep Wijaya/ Red: Hafidz Muftisany
Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak, Dhana Widyatmika (tengah).
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak, Dhana Widyatmika (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaksa Penuntut Umum menolak nota keberatan yang disampaikan kuasa hukum Dhana Widyatmika di Pengadilan Tipikor, Kamis (12/7). Penolakan tersebut didasarkan pada pertimbangan keberatan yang telah keluar dari lingkup eksepsi.

Jaksa Penuntut Umum, Yusuf Tangai, menjelaskan, sistematika penyusunan keberatan yang disampaikan tim penasehat hukum terdakwa telah keluar dari lingkup eksepsi. Menurut dia, semua hal yang dikatakan dalam sidang pembacaan nota keberatan pada pekan lalu telah memasuki materi pokok perkara.

"Eksepsi penasehat hukum jelas melampaui pokok eksepsi dan keluar dari ketentuan yang termaktub dalam Pasal 156 ayat 1 KUHAP," ucap Yusuf dalam persidangan di pengadilan Tipikor, Kamis (12/7).

Pada kesempatan itu juga, Yusuf mempertanyakan nota keberatan kuasa hukum terdakwa yang tidak ditandatangani secara menyeluruh oleh tim penasehat hukum. Atas fakta tersebut, dia menyatakan, legalitas surat eksepsi itu sangat diragukan.

"Ini pertanda bahwa penasehat hukum tidak serius dalam membela kliennya," ujar Yusuf.

Oleh karenanya, Yusuf meminta kepada majelis hakim untuk menolak eksepsi yang disampaikan kuasa hukum terdakwa dan melanjutkan proses hukumnya pada pemeriksaan materi pokok perkara. 

Seperti diketahui, Dhana Widyatmika didakwa JPU dengan jeratan pasal tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Pegawai Dirjen Pajak itu juga dianggap menerima sejumlah uang dari PT Kornet Trans Utama (KTU), perusahaan wajib pajak yang pernah ditangani Dhana. Jaksa menilai, Dhana telah merugikan negara senilai Rp 1,2 miliar

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement