REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW — Raksasa Liga Primer Skotlandia, Glasgow Rangers harus menerima nasib pahit terdepak dari kompetisi teratas di negaranya.
Mereka harus mengawali musim kompetisi musim depan dengan bermain di Divisi Tiga (Scottish Third Division) atau liga profesional terendah di sana. Selain hukuman di kancah domestik, Rangers juga dilarang tampil di kompetisi antarklub Eropa selama tiga tahun, dan kehilangan pemain-pemain terbaiknya.
Itu lantaran klub pengkoleksi 54 trofi liga tersebut kini di ambang kehancuran. Rangers dinyatakan pailit oleh Badan Liga Sepak Bola Skotlandia (SFL) setelah tidak mampu membayar utang yang mencapai 33 juta dolar AS alias Rp 312,34 miliar.
Kenyataan pahit itu tidak bisa dihindari setelag muncul keputusan dari Asosiasi Sepak Bola Skotlandia (SFA) yang melakukan voting, yang diikuti 12 klub peserta Liga Primer Skotlandia. Klub yang bermarkas di Stadion Ibrox itu membutuhkan delapan suara mayoritas supaya mereka tetap bisa berkiprah di kancah tertinggi sepak bola Skotlandia.
Namun, klub-klub peserta keberatan dengan proposal pengajuan yang membuat partisipasi Rangers musim depan kandas. Hal itu patut disayangkan sebab status kepemilikan Rangers baru berpindah tangan dan manajemen baru diharapkan membawa revolusi.
Ketua Eksekutif Liga Primer Skotlandia David Longmuir mengkonfirmasi bahwa sebanyak 25 dari 30 pemberi suara menolak Rangers untuk bergabung dengan kompetisi Divisi Satu Skotlandia. Beruntung, Rangers masih bisa berkiprah di kancah sepakbola Skotlandia saat 29 dari 30 klub di bawah naungan SFL setuju dengan bergabungnya Rangers. Seperti di Inggris, Liga Primer Skotlandia berada dalam organisasi terpisah dengan divisi lainnya.
Banyak yang telah berspekulasi bahwa Rangers dapat kembali bermain di Liga Primer Skotlandia musim depan, tapi dengan bermain di Divisi Satu merupakan pilihan yang betul-betul adil.
“Hari ini telah menjadi salah satu keputusan yang paling sulit untuk dilakukan oleh semua pihak,” kata Longmuir kepada Soccerway. “Keputusan telah diambil untuk kepentingan keadilan di olahraga.”
Ia merasa keputusan itu tidak dapat diubah sebab sudah mewakili aspirasi klub professional di Skotlandia.
“Saya merasa lega bahwa Liga Sepakbola Skotlandia telah membuat keputusan yang sangat menentukan,” ujarnya. Longmuir melanjutkan, “Saya merasa nyaman SFL telah membuat keputusan yang tegas.”