Rabu 18 Jul 2012 06:33 WIB

Mahfud: Pemimpin Partai Selalu Menindas

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Dewi Mardiani
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD.
Foto: Antara/Syaiful Arif
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD menilai, realitas kepartaian saat ini terlihat kalau pemimpin selalu menindas orang lain yang ingin tampil juga sebagai bintang. Bahkan, anak buah sendiri saja tak diperbolehkan bahkan diberikan ancaman pemecatan.

''Itu fakta di mana-mana. Tetapi meskipun begitu kita tidak boleh lalu berpendirian atau melakukan langkah-langkah untuk meniadakan partai seperti disuarakan banyak orang,'' katanya di Jakarta, Selasa (17/7) malam.

Menurutnya, prinsipnya negara demokrasi harus ada partai politik. Makanya, lebih baik ada partai, meskipun jelek dari pada tidak ada satu partai pun. Hal ini dipandangnya penting mengingat partai politik merupakan salah satu pilar demokrasi. Serta untuk mengimbangi otoriterisme dari kekuasaan.

Mahfud pun mengeritisi adanya asumsi kalau pemimpin yang terbaik itu merupakan ketua umum. Padahal, kata dia, apa yang terjadi di kongres itu bisa direkayasa. Ia meyakini, salah satu cara pembenahan yang cukup efektif yaitu melalui jalur media. ''Orang bisa runtuh kalau secara moral selalu diingatkan media. Kalau jalur formal, yang mengingatkan itu nanti ditindas,'' jelas Mahfud.

Ia pun mengamini komentar yang disampaikan mantan ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN), Sutrisno Bachir yang menyatakan kalau parpol sarang bandit. Menurutnya, Itu realitas yang dibaca Sutrisno, karena partai sedang tidak sehat. Hal ini yang diyakininya juga menjadi pandangan banyak orang.

Mahfud pun mengaku tak setuju dengan gagasan calon pemimpin independen. Selain karena tidak sejalan dengan konsitusional, juga karena dipandang dapat membonsai parpol. ''Di dalam konstitusi calon harus lewat parpol. Kalau independen tanpa lewat parpol tidak ada dasar konstitusinya,'' tegas dia.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهٖٓ اِذْ قَالُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ عَلٰى بَشَرٍ مِّنْ شَيْءٍۗ قُلْ مَنْ اَنْزَلَ الْكِتٰبَ الَّذِيْ جَاۤءَ بِهٖ مُوْسٰى نُوْرًا وَّهُدًى لِّلنَّاسِ تَجْعَلُوْنَهٗ قَرَاطِيْسَ تُبْدُوْنَهَا وَتُخْفُوْنَ كَثِيْرًاۚ وَعُلِّمْتُمْ مَّا لَمْ تَعْلَمُوْٓا اَنْتُمْ وَلَآ اٰبَاۤؤُكُمْ ۗقُلِ اللّٰهُ ۙثُمَّ ذَرْهُمْ فِيْ خَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ
Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu memperlihatkan (sebagiannya) dan banyak yang kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang tidak diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu.” Katakanlah, “Allah-lah (yang menurunkannya),” kemudian (setelah itu), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.

(QS. Al-An'am ayat 91)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement