REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Pertumbuhan koperasi di Kota Bandung masih belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Bahkan, sekitar 50 persennya merupakan koperasi tidak aktif. Menurut Wakil Wali Kota Kota Bandung, Ayi Vivananda, dari 2.592 koperasi, hanya 1.116 yang aktif.
Lanjutnya, perkembangan koperasi hanya 0,38 persen. "Tahun 2010 sekitar 546 ribu anggota, meningkat menjadi 549 ribu anggota,"kata Ayi saat peringatan Hari Koperasi di Bandung, Rabu (18/7).
Menurut Ayi, ada beberapa persoalan mendasar yang dihadapi koperasi di Kota Bandung. Beberapa diantaranya yakni citra sebagai golongan ekonomi lemah dan pemburu fasilitas, kontribusi nominal yang masih rendah dibanding bada usaha lainnya, kurangnya kesadaran bergotong royong melalui koperasi, serta partisipasi masyaakat yang kuarang.
"Anggota banyak yang pinjam terus, menyimpan uang tidak pernah,"katanya.
Padahal, kata dia, kalau masalah itu bisa diatasi koperasi cukup efektis berperan sebagai lembaga keuangan non perbankan penyedia kerja dan kesempatan berusaha. Sehingga, bisa diandalkan untuk mengembangkan ekonomi daerah.
''Saya berharap potensi Koperasi dan UKM lebih dioptimalkan lagi. Namun sebagai badan usaha yang berorientasi laba, koperasi juga harus menunjukan kekokohan institusional, profesional usaha juga kemandirian,'' katanya.
Menurut Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Industri Perdagangan (Diskop UKM dan Indag) Kota Bandung, Ema Sumarna, untuk mengembangkan koperasi syariah, kendalanya masih kurangnya pemahaman di masyarakat tentang konsep koperasi syariah itu.
''Banyak masyarakat yang belum memahami konsep koperasi syariah jadi salah satu kendala untuk mengembangkan koperasi syariah itu,'' katanya.
Namun begitu, jelasnya, perkembangan koperasi syariah mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Jumlahnya kini mencapai ratusan di Kota Bandung meski belum terdata dengan baik. "Arah tren-nya ke koperasi syariah karena tidak ada sifat bunga disitu," katanya.