REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA TIMUR -- Peringatan Hari Anak Nasional, 23 Juli 2012 tidak diperingati secara Nasional. Kemeriahan peringatan yang seharusnya dirayakan anak-anak Indonesia tertunda hingga September mendatang.
"Penundaan bukti lemahnya perhatian negara terhadap anak," ujar Arist Merdeka Sirait dalam siaran pers di Kantor Komnas Anak, Senin (23/7).
Menurut Ketua Umum Komnas Anak tersebut, penundaan ini merupakan bukti bahwa hak anak untuk berpendapat belum sepenuhnya di dengar. Arist mengatakan butir rumusan Suara Anak Indonesia 2012 hampir sama dengan kongres sebelumnya.
Artinya, pendapat anak belum di dengar oleh pemerintah. Sehingga, suara tersebut harus di ulang tiap tahun. Selain itu, hak anak untuk berpartisipasi masih di kebiri. Padahal, butir-butir yang disampaikan tidak berat.
Arist mengatakan, penundaan tersebut akibat padatnya jadwal Presiden SBY. Selain itu, juga menghormati Bulan Ramadhan. Tapi, menurutnya moment puasa umat Muslim tidak seharusnya dijadikan alasan penundaan. Justru, menurutnya melalui moment ini nasehat-nasehat yang diberikan terhadap anak Indonesia akan lebih diresapi.
Sementara itu, I Gede Reza (15 tahun), Duta Kesehatan Anak Nasional mengaku sedih dengan tak adanya peringatan Hari Anak Nasional. Dia mengatakan anak adalah investasi terbesar setiap bangsa. Ibarat pohon, anak adalah akar. Menurutnya, hancurnya generasi muda berakibat suramnya masa depan bangsa.
Karenanya, mewakili anak Indonesia lainnya dia menuntut implementasi dari pemerintah yang tercakup dalam rumusan suara anak Indonesia. Di antaranya terkait pendidikan, kesehatan, budaya tekhnologi informasi, pengawasan dan pemerataan fasilitas terhadap anak.
Selain Reza, Berlinda Nefertiti Goldy S (16 tahun), Duta Pendidikan Anak Nasional juga mengaku sedih. Menurutnya, rumusan Suara Anak Nasional ini melalui proses panjang dari seluruh anak Indonesia yang harusnya dibacakan di depan presiden.
Dia berharap pemerintah bisa menghargai hak anak untuk berpendapat. Selain itu, siswi SMA Negeri 2 Cimahi ini tidak meminta yang aneh-aneh. "Kami tidak meminta anggaran 25 miliar," ujarnya.