REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pakistan hari Kamis menyatakan telah menerima bantuan 1,1 miliar dolar dari AS untuk memerangi kelompok garis keras, pengucuran pertama semacam itu sejak Desember 2010.
Washington menyerahkan bantuan itu setelah Pakistan dan AS pada Selasa menandatangani sebuah perjanjian yang mengatur konvoi perbekalan NATO melewati Pakistan menuju Afghanistan sampai akhir 2015.
Dana yang dirancang untuk menutup pengeluaran Pakistan dalam operasi-operasi menumpas kelompok garis keras sebesar 8,8 miliar dolar dan dibayarkan kepada Pakistan antara 2002 dan 2011.
Namun, Islamabad tidak mengklaim pembayaran itu ketika hubungan antara kedua negara tersebut memburuk setelah serangan Mei 2011 yang menewaskan Osama bin Laden.
Krisis itu semakin parah ketika serangan udara AS menewaskan 24 prajurit Pakistan dan Islamabad memberlakukan blokade selama tujuh bulan terhadap konvoi NATO sebagai protes.
"Kami menerima 1,118 milyar dolar dari dana bantuan koalisi kemarin malam," kata Syed Wasimuddin, juru bicara Bank Sentral Pakistan, kepada AFP.
Ia menambahkan, dana itu merupakan pengucuran pertama sejak 633 juta dolar pada Desember 2010. Kamis, panglima pasukan NATO di Afghanistan mengadakan pembicaraan di Pakistan untuk pertama kali sejak jalur perbekalan NATO dibuka kembali.
Jendral John Allen asal AS kemudian mengatakan, "kemajuan berarti" dicapai dalam peningkatan kerja sama dengan Pakistan, dan para pejabat AS mendesak Islamabad berbuat lebih banyak untuk melenyapkan sarang-sarang Taliban Afghanistan di wilayah mereka.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap komandan-komandan Taliban dan Alqaidah di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.