Jumat 03 Aug 2012 19:23 WIB

Habibie: Pluralisme Bisa Hidup karena Ada Toleransi

Rep: Esthi Maharani/ Red: Djibril Muhammad
Mantan Presiden Prof Dr.Ing B.J. Habibie berpidato pada acara hari ulang tahun PT Permodalan Nasional Madani (PNM) di gedung Smesco UKM, Jakarta
Foto: Republika/Agung Fatma Putra
Mantan Presiden Prof Dr.Ing B.J. Habibie berpidato pada acara hari ulang tahun PT Permodalan Nasional Madani (PNM) di gedung Smesco UKM, Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden RI ketiga, Burhanuddin Jusuf (BJ) Habibie menyinggung pluralisme yang dimiliki Indonesia. Menurutnya, tidak perlu dipusingkan dengan perbedaan yang dimiliki Indonesia. Tetapi pada persamaan yang dimiliki sehingga bisa tetap bersatu.

"Pluralisme di sini bisa terjadi karena adanya toleransi yang besar dan saling pengertian satu sama lain," katanya, Jumat (3/8).

Hal tersebut diungkapkannya saat menggelar acara silaturahmi cendekiawan lintas agama di kediaman BJ Habibie, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan tersebut hadir sejumlah tokoh lintas agama dari beberapa forum.

Forum tersebut adalah Forum Cendikiawan Hindu Indonesia, Keluarga Cendikiawan Buddhis Indonesia, Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia, dan Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI).

Tampak Ketua Presidium ICMI Ilham Habibie, anggota presidium ICMI, Priyo Budi Santoso, Marwah Daud; Ketua Umum Ikatan Sarjana NU, Ali Mashur Musa; Ketua Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia, Cornelius D Ronowidjojo dan tokoh lintas agama lainnya.

Ia memaparkan, pluralisme bisa dilihat dari banyaknya etnis di Indonesia. Untuk etnis Jawa saja persentasenya mencapai 40 persen. Disusul dengan etnis Sunda (15), Tionghoa (3,7) dan Melayu (3,4). "Saya pernah bilang sama JK (Jusuf Kalla); Kamu orang Bugis, kamu orang urutan ke-10," katanya sambil tertawa mengenang lelucon dengan Ketua PMI itu.

Dalam silaturahmi yang diakhiri dengan santap malam, Habibie berkali-kali menekankan pentingnya toleransi. Apalagi toleransi itu telah berkembang dan terwujud di tanah air dalam bentuk Pancasila.

Menurutnya, masyarakat Indonesia patut bersyukur karena memiliki rasa toleransi yang bisa mengikat perbedaan yang ada. Karena, tak jarang pluralisme yang berada di negara lain tidak bisa terimplementasi dan justru berujung pada perang saudara.

"Memberikan toleransi kepada yang lain itu langkah pertama untuk menciptakan keharmonisan," katanya.

Dengan hal itu pula, toleransi bisa menciptakan rasa saling menghormati yang berujung pada kerukunan dan kedamaian umat beragama. Ia mengatakan Indonesia harus bersyukur karena persatuan dan kesatuan ada, tidak ada masalah dengan perbedaan dan tetap bisa utuh. 

"Banyak negara yang berkorban agar pluralismee itu bisa mengimplementasi. Kita ini negara pancasila, negara yang problemnya banyak tapi tidak ada perang saudara," katanya.

Menurutnya, pluralisme itu bisa menjadi kekuatan asalkan bisa dimanfaatkan dengan sepandai-pandainya. Ia menyakini masyarakat yang plural justru masyarakat yang paling tinggi produktifitas dan inovasinya.

Habibie pun mengajak agar masyarakat Indonesia kembali pada dasar terbentuknya Indonesia. "Mari kita back to basic, bahu membahu perjuangkan kepentingan dan menciptakan keadilan," tandasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement