REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekitar 200 massa yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Rohingya melakukan aksi demonstrasi di depan pelataran Kedubes Myanmar, Kamis (9/8) siang. Mereka menuntut pemerintah Myanmar mengakui keberadaan etnis minoritas Rohingya di negara tersebut.
Unjuk rasa itu juga mewakili sejumlah pernyataan sikap, di antaranya mengutuk segala bentuk kejahatan kemanusiaan yang terjadi terhadap kaum minoritas Rohingya. Juga mendesak pemerintah dan masyarakat Myanmar menghentikan segala bentuk kekerasan dan penindasan terhadap kaum tersebut. "Rohingya sama seperti etnis Myanmar lainnya," orasi salah satu pesert aksi.
Dalam aksinya, ratusan massa tersebut menyegel gerbang depan kantor kedubes menggunakan rantai dan gembok. Salah satu peserta aksi, Setiawan mengatakan aksi itu sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap perwakilan pemerintahan Myanmar di Indonesia. "Mereka seperti cuek menanggapinya," kata dia di sela aksi.
Menurut dia, sejumlah aspirasi dari dunia, khususnya di negara-negara Asia seakan tidak berarti. Pemerintah Myanmar seperti tidak mempunyai 'telinga' atas aspirasi tersebut. Karenanya, massa gabungan itu menganggap kedubes Myanmar seperti tidak bermanfaat di Indonesia.
Selain penyegelan gerbang, para pengunjuk rasa juga melakukan penyiraman air perwarna baju berwarna merah ke halaman dalam kantor kedubes. Sejumlah petugas polisi yang berjaga pun terkena cipratan air tersebut. Setiawan mengatakan air pewarna itu sebagai simbol darah yang sudah banyak tumpah di tanah Myanmar.
Aksi unjuk rasa ini berlangsung dari pukul 11.30 hingga 13.00 WIB. Sedikit 80 personel aparat kepolisian gabungan dari Polres Jakarta Pusat, Brimob, dan Polsek Menteng diturunkan untuk mengamankan demontrasi tersebut. Aksi berlangsung cukup damai melalui pengawalan itu.